Oleh : Ponirin Mika
Probolinggo.HarianJatim.Com-Istri saya bangga sekali melihat kemeriahan kirab dalam menyambut 1 abad Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai pengurus fatayat, Istri saya menganggap kirab NU sebagai salah satu kegiatan yang membangun semangat para kader-kader NU. Satu hari sebelum kirab, ia berkeinginan hadir bersama-sama menggelar giat kirab tersebut. Namun karena ada kewajiaban lain sehingga keikutsertaannya urung dilaksanakan.
Pada momen itu, saya menyampaikan kepada istri saya. Ma, organisasi nahdlatul ulama (NU) itu keramat. Banyak orang berbondong-bondong karena ingin meramaikan kegiatan kirab NU. Bahkan tidak hanya kirab. Kegiatan apapun yang dilaksanakan NU selalu menarik perhatian orang.
Tentu, organisasi yang didirikan ulama ini memiliki keistimewaan yang nyaris tidak ditemukan pada organisasi keagamaan lainnya. Dalam proses sejarahnya, pendirian NU ditandai dengan banyak isyarat datangnya dari para ulama. Sebut saja KH. Moh. Kholil Bangkalan, KH. Hasyim Asy’ari dan KH. As’ad Syamsul Arifin. Berdirinya NU tidak serta merta berbeda dengan beberapa organisasi keagamaan yang ada saat ini. NU berdiri dengan dasar pemikiran dan ideologi serta niat yang bagus. Inilah yang membuat NU terus bertahan digarisnya.
Dalam menyambut satu abad NU, kiranya perlu melakukan refleksi berkait dengan perjalanan NU sebagai organisasi keagamaan, dakwah, pendidikan dan sosial. Refleksi itu sangat penting dilakukan sebagai media pembenahan menuju NU yang ideal.
Kebutuhan NU kedepan harus terus meningkatkan kesadaran beragama masyarakat. Tak kala penting dari itu adalah NU perlu meningkatkan gerakan ekonomi dan teknologi. Pertarungan pada era globalisasi ini akan sengit pada tataran ekonomi dan teknologi. Kesadaran masyarakat NU akan pentingnya kedua hal tersebut akan mengantarkan pada NU menjadi organisasi yang akan digandrungi oleh semua pihak.
*Ketua Lakpesdam MWCNU Paiton, Probolinggo dan Anggota Community of Critical Social Research.