banner 728x90

Wisata Sumenep, Pulau Oksigen Terbaik Dunia hingga Wisata Keris

  • Bagikan
Pesona Gili Iyang di Kabupaten Sumenep yang memiliki kadar ogsigen terbaik ke dua dunia. (foto: www.pantainesia.com)

Reporter: harianjatim

Sumenep-harianjatim.com. Kabupaten Sumenep, Jawa Timur kaya akan potensi alam. Kayaan pesisir itu mejadikan banyak tempat wisata bahari yang cukup beragam.

banner 728x90 banner 336x280

Diantara wisata yang ada di kabupaten ujung timur Pulau Madura ini salah satunya wisata mangrove di Desa  Desa Kebundadap Timur, Desa Wisata Keris di Desa Aentong dan wisata Gili Iyang yang disebut sebagai tempat dengan kadar oksigen terbaik nomor dua di dunia.

Selain itu banyak juga destinasi wisata lain yang ada di Sumenep dan bisa dijadikan sebagai tempat berlibur akhir pekan atau libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023.

Berikut redaksi harianjatim.com merangkum lima destinasi di Kabupaten Sumenep.

1. Wisata Keris

Desa Aeng Tong-tong merupakan salah satu desa di Kecamatan Saronggi. Desa ini memiliki keunikan tersendiri, hingga saat ini tetap melestarikan pembuatan keris sebagai peninggalan budaya masa kerajaan.

Tahun 2014 lalu, Desa Aeng Tong-tong dinobatkan oleh UNESCO sebagai satu-satunya desa wisata dengan empu keris terbanyak di dunia.

Dilansir dari Kompas.com, Desa Wisata ini memiliki galeri khusus keris yang menjadi ruang untuk menampilkan produk-produk keris.

Di sana juga ditampilkan keris para leluhur yang telah berusia 300 tahun. Galeri itu pun menjadi tempat berkumpulnya para empu, kolektor, hingga pemerhati keris.

Di Desa Aeng Tong-tong terdapat ritual pencucian keris dan ziarah kubur kepada leluhur empu yang disebut dengan Penjamasan Keris.

Acara tersebut juga dimeriahkan dengan pesta rakyat yang menampilkan kesenian tradisional, seperti saronen dan macopat.

Terbaru, hasil kerajinan mpu keria desa Aeng Tong-tong menjadi sovener pada ajang pelaksaan KTT G20 yang diselenggarakan di Bali tahun 2022 ini.

2. Gili Iyang

Gili Iyang merupakan pulau dengan kadar oksigen tertinggi kedua di dunia, setelah Jordania.

Baca Juga :  Tujuh OPD di Sumenep Resmi Dijabat Pejabat Definitif

Seperti dikutip dari Indonesia.go.id, penelitian Lembaga Penelitian Antariksa Nasional (Lapan) tentang kualitas udara di Pulau Gili Iyang pada 2006 menemukan bahwa dari 17 titik yang diuji, kadar oksigennya adalah 20,9 persen.

Persentase tersebut ternyata lebih baik dari kondisi udara di daerah-daerah lain di Indonesia. Apalagi, kandungan zat pencemar udara di pulau tersebut relatif sangat rendah.

Dilansir harianjatim.com dari laman Kompas.com, untuk mencapainya, pengunjung bisa menumpang taksi laut, sebutan masyarakat Dungkek untuk moda transportasi perahu kayu bermesin.

Untuk menyebrang ke Gili Iyang, pengunjung harus pergi ke Pelabuhan Penyebetangan Dungkek terlebih dahulu, kemudian menyebrang dengan durasi perjalanan laut sekitar 30-40 menit, tergantung kondisi cuaca.

3.  Keraton Sumenep

Keraton di Sumenep merupakan keraton terakhir yang bertahan di Jawa Timur.

Bagian-bagiannya pun masih utuh, mulai penyimpanan prasasti sampai ruangan-ruangannya.

Lokasi Keraton Sumenep yang dekat dari pusat kota, membuat destinasi ini layak jadi destinasi wajib saat berkunjung ke Sumenep.

Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Keraton Sumenep atap keraton diberi cat kuning untuk menghormati permaisuri keraton yang berasal dari China dan berkulit kuning, yakni Ratu Ayu Tirto Negoro.

Itulah mengapa keraton ini juga dikenal sebagai Potre Koneng atau Putri Kuning.

Di dalam keraton terdapat Pendopo Agung, Kantor Koneng, dan bekas Keraton Raden Ayu Tirto Negoro.

Pendopo Agung masih digunakan untuk berbagai acara kabupaten hingga saat ini.

4. Gili Labak

Gili Labak merupakan sebuah pulau kecil di Desa Kombang, Kabupaten Sumenep, yang hanya dihuni sekitar 38 kepala keluarga (KK).

Pulau ini punya taman bawah laut yang indah. Di sini penyelam bisa menemukan aneka karang yang unik dan langka, hingga biota laut yang kaya.

Baca Juga :  Dinilai Sangat Peduli, Program Mudik Gratis Bupati Sumenep Dipuji Anggota Dewan

Tiket masuknya hanya Rp 5.000.

“Pengunjung bisa sewa peralatan snorkeling sekitar Rp 30.000-an,” kata Kepala Desa Kombang, Cholik, kepada Kompas.com, Jumat (30/09/2022).

Sedangkan untuk akses dari Kota Sumenep, kamu bisa naik sepeda motor menuju Desa Kombang. Setelah itu, baru lah dari Pelabuhan Kombang naik perahu menuju Gili Labak.

5. Asta Tinggi

Asta Tinggi dilansir dari laman kompas.com merupakan peristirahatan terakhir raja-raja dan keluarga bangsawan Keraton Sumenep berada di atas perbukitan Madura. Makam itu dibangun sejak awal abad 17, lalu baru selesai setelah tiga generasi.

Setelah selesai, makam itu dinamakan Asta Tinggi. Nama itu bahkan dipakai juga sebagai nama jalan keberadaan lokasi makam, yakni Jalan Asta Tinggi, Desa Kebonagung, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep.

Kompleks makam berada sekitar 2,5 kilometer arah barat dari Keraton Sumenep.

Dalam bahasa Madura, Asta Tinggi disebut sebagai Asta Raja yang maknanya adalah makam para Pangradja atau para Pembesar Kerajaan yang berupa makam.

Asta berarti makam atau kuburan, dan tinggi di sini menunjukkan lokasi makam yang berada di daerah perbukitan. Jadi, Asta Tinggi merupakan kompleks pemakaman bagi Raja Sumenep beserta keluarganya di dataran tinggi. 

Saat ini tempat itu masih ada, datang ke sana seperti membaca kembali riwayat raja-raja dari Keraton Sumenep.

Dibangun 3 generasi

Asta Tinggi dibangun sekitar tahun 1750 Masehi. Kawasan Pemakaman Asta Tinggi rencana awalnya dibuat oleh Panembahan Somala dan dilanjutkan oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II.

Asta Tinggi sendiri memiliki dua bagian dimana bagian barat memiliki corak Jawa. Di bagian timur sendiri lebih dominan corak China, Eropa, Arab dan Jawa.

Baca Juga :  Rumah Mewah di Sumenep Diberi Lebel Warga Miskin Penerima Bansos

Pembangunannya berlanjut dari masa pemerintahan Panembahan Sumala dan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat yang tidak lain dan tidak bukan adalah putranya.

Lalu, masih berlanjut lagi pada masa pemerintahan Panembahan Natakusuma II.

Adapun keberadaan kompleks pemakaman itu sebenarnya sudah ada sejak abad ke-16, tetapi baru mulai ada pembangunan yang seperti dilihat sekarang dimulai pada 1750 Masehi.

Luas areal kompleks makam berukuruan 112,2 meter x 109,25 meter, dikelilingi tembok yang hanya terdiri dari batu kapur yang tersusun rapi tanpa adukan semen dan pasir.

Arsitektur bangunan yang ada di makam tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan dari beberapa daerah (Belanda, Arab, China maupun Jawa) kendati sekilas kebudayaan Hindu masih kelihatan menonjol.

Bangunan bagian barat terdiri atas tiga kubah. Di dalam kubah 1 disemayamkan R  Ayu Mas Ireng, Pangeran Anggadipa, Pangeran Seppo, Pangeran Rama, R Ayu Artak dan Pangeran Panji Polang Jiwa. Kubah 2 terdiri atas makam Ratu Ari, Pangeran Jimat, dan R Aria Wiranegara, sedangkan di dalam kubah 3 terdapat makam R Bindara Saod, R Ayu Dewi Rasmana, dan lain-lain.

Makam pertama yang ada di Asta Tinggi adalah makam dari R Mas Pangeran Anggadipa yang merupakan seorang Adipati. Makam perempuan di samping beliau adalah makam dari istrinya yang bernama R Ayu Mas Ireng, R Ayu Mas Ireng sendiri adalah putri dari Panembahan Lemah Duwur.

Dulu pada awalnya, Asta Tinggi tidak memiliki pagar hanya rimba belantara dan batuan terjal. Untuk menghormati Pangeran Anggadipa dan istrinya, Pangeran Rama yang ketika itu menjabat sebagai Adipati Sumenep membangun pagar dengan batu-batu yang disusun rapi.

Baca Juga : Potret 10 Desa Wisata di Jatim yang Dapat Penghargaan dalam Festival Dewi Cemara

(Red).

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 336x280