Reporter : Ahmad Zainul Khofi
Probolinggo.HarianJatim.com – Banyak tradisi unik menjadi kebiasaan santri di pondok pesantren. Tentu tradisi itu tidak akan bertentangan dengan ajaran islam ahlusunnah waljamaah. Pesantren sebagai NU kecil dan NU sebagai pesantren besar. Pernyataan ini tengah familiar dikalangan masyarakat pesantren. Termasuk tradisi unik sikap rela mengantri berjam-jam hanya untuk sowan ke kiai, seperti yang dilakukan santri baru Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Ahad (25/06/23).
Hal itu terjadi, pada hari kedua pelaksanaan kegiatan Orientasi Santri Baru (OSABAR) 2023, di mana santri baru sowan ke pengasuh (KH. Moh. Zuhri Zaini) mengikuti kegiatan Safari Ma’had dan Sowan Pengasuh pukul 05.30 waktu setempat.
KH. Moh. Zuhri Zaini menyambut santri baru dengan penuh keakraban dan kekeluargaan. Memang, sosok kiai yang sangat egaliter ini diketahui tak pernah menjaga jarak dengan santrinya. Sehingga, terbangun hubungan silaturruh antara beliau dan santrinya.
Tujuan dari kegiatan sowan pengasuh adalah melaksanakan salah satu ajaran agama islam, yaitu musafahah kepada guru untuk ngalap berkah. Di samping itu pula, sowan pengasuh merupakan salah satu tradisi yang berlaku di pondok pesantren.
Selain itu, santri keliling Pondok Pesantren Nurul Jadid untuk mengenal lingkungan didampingi kakak asuh.
“Rute pertama menuju ke dhalem KH. Fachri Nur Chotim Zaini melewati Universitas Nurul Jadid, dilanjut ke sekolah/madrasah Nurul Jadid, Wilayah Satelit, dan kembali ke halaman pesantren,” begitu kata Ikhwan Abdillah sebagai bagian acara di OSABAR.
Ia menambahkan, dalam waktu yang bersamaan kakak asuh memberikan penjelasan berkait setiap gedung satuan pendidikan, asrama santri, maqbaroh dan dhalem (rumah, red.) masyayikh.
Pria asal Probolinggo ini lebih lanjut mengungkapkan, di samping itu, santri baru putri melakukan kegiatan Safari Ma’had dan Sowan Pengasuh, berbeda dengan santri putra.
“Santri putri tidak hanya mengunjungi dhalem dan lingkungan pesantren, melainkan mereka sekaligus sowan kepada para ibu nyai/neng,” tegasnya.
Salah satu peserta OSABAR, bernama Dana mengungkapkan dengan penuh bahagia dirinya merasa puas dapat berkenalan dengan lingkungan pesantren.
“Tidak hanya berkeliling dan mengenal lingkungan pesantren, kami juga melakukan sowan ke pengasuh,” ungkap santri asal Bondowoso itu.
Editor : Ponirin Mika