Probolinggo.HarianJatim.Com- Saya senang sekali mendengar santri Pondok Pesantren Nurul Jadid berbahasa Mandarin. Kalau ditanya rombongan dari Yayasan Sosial Hakka Malang, apakah semua mahir berbahasa Mandarin. Tidak, mungkin 30 % yang menguasai bahasa tersebut. Hal ini diungkapkan Ketua Pembina Yayasan Sosial Hakka Malang Widodo Harsono, di Aula I Pesantren Nurul Jadid, Ahad (28/04/24).
Tak hanya itu, ia merasa bangga bisa berkenalan dengan pondok yang didirikan KH. Zaini Mun’im ini.
“Saya bangga dapat berkenalan dengan pesantren Nurul Jadid ini. Semoga suatu saat nanti terus bisa menjalin kerjasama,” imbuhnya.
Sementara Sugiharta Tandea Ketua Paguyuban Islam Tionghoa Indonesia mengungkapkan ingin bersilaturahim, sekaligus ingin berbagi kebahagiaan kepada santriwan-santriwati di Pondok Pesantren Nurul Jadid.
“Kami berbagi tulus ikhlas, tolong tidak dilihat nilainya, namun makna kasih yang kami berikan,’tegasnya.
tak lupa, atas nama Persatuan Islam Tionghoa Malang Raya, dan Paguyuban Sosial Malang Kota mengucapkan minal aidzin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.
“Mari saling maaf memaafkan,” imbuhnya.
Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Abdul hamid Wahid menerima kunjungan dengan penuh keakraban. Dalam sambutannya, Kiai Hamid mengungkapan kunjungan Yayasan Sosial Hakka Malang bukan yang pertama dan terakhir. Bahkan ia berharap hubungan kerja sama dan silaturahmi ini bisa berlanjut ke masa mendatang.
“Semoga bagi pesantren, kita bisa saling belajar, saling menimba ilmu, wawasan dan pengalaman. Saya yakin bapak ibu telah makan asam garam kehidupan di profesinya masing masing,” tegasnya.
Kia Hamid juga berterima kasih atas kontribusi yang telah diberikan. ini pasti bermanfaat bagipesantren.
Selanjutnya, Kiai Hamid menceritakan kondisi santri di pesantren, Katanya, di pesantren itu camping setiap hari, tidur ala kadarnya. Mereka berkelompok nyambung dengan kegiatan akademi di sekolah. Kurikulum itu digarap bersama antara pesantren dan sekolah.