Probolinggo.HarianJatim. Com– Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton menerapkan sistem pembelajaran intensif bagi seluruh santri baru melalui program penguasaan Furudhul Ainiyah (FA) dasar selama tiga bulan penuh. Program ini menjadi langkah awal pendidikan formal para santri sebelum masuk ke program reguler maupun program unggulan.
Dalam masa tiga bulan pertama tersebut, seluruh santri baru baik yang tinggal di asrama maupun yang pulang-pergi hanya akan menerima materi-materi keislaman pokok yang menjadi syarat utama bagi keberlanjutan studi mereka di pesantren.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Pesantren, Thahiruddin, dalam rapat koordinasi persiapan penerimaan santri baru yang digelar pada Ahad (08/06/25). Ia menegaskan bahwa FA dasar adalah program strategis pesantren yang wajib dijalankan oleh semua pihak.
“Program ini tidak sekadar rutinitas, tapi merupakan Arah Kebijakan Umum Pesantren (AKUP) yang ditetapkan langsung oleh pengasuh. Semua santri wajib menguasai ilmu-ilmu dasar agama sebagai fondasi mereka,” ujar Thahiruddin.
Adapun materi yang termasuk dalam FA dasar tersebut meliputi Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ), dasar-dasar fikih, tauhid atau akidah, akhlak dasar, dan amalan harian. Kelima bidang ini dinilai sebagai kebutuhan wajib yang harus dipenuhi setiap individu Muslim, terutama calon pelajar agama.
Ahmad Saili, Kepala Madrasah Diniyah (MADIN) Nurul Jadid, menambahkan bahwa santri yang belum lulus dalam program ini tidak diperkenankan melanjutkan ke program lanjutan meskipun hasil tes akademiknya tergolong tinggi.
“Tidak ada kompromi dalam penguasaan FA dasar. Ini yang membedakan pendidikan di pesantren dari lembaga lain. Kita ingin santri benar-benar menguasai materi FA dasar tersebut,” jelasnya.
Selama masa program berlangsung, santri baru tidak diberikan pelajaran umum atau materi tambahan lainnya. Hal ini untuk memastikan fokus penuh dalam proses pembelajaran agama secara intensif dan mendalam.
Para pengajar dan pembina disiapkan secara khusus untuk mendampingi santri dalam memahami, mempraktikkan, dan menghayati setiap materi FA dasar, baik di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan pesantren.
Pesantren juga mengatur pola hidup harian santri yang mendukung proses internalisasi nilai-nilai FA, seperti pembiasaan salat berjamaah, murojaah Al-Qur’an, dzikir harian, dan pembinaan akhlak melalui keteladanan.
Program FA dasar ini telah dilaksanakan selama beberapa tahun dan mendapat respon positif dari berbagai pihak, termasuk wali santri yang melihat perubahan signifikan dalam karakter dan sikap anak-anak mereka.
“Anak saya jadi lebih teratur, lebih sopan, dan mulai terbiasa mengaji. Saya sangat mengapresiasi sistem pembelajaran seperti ini,” ujar salah satu wali santri Basri asal Kepulauan Kangean.
Selain membentuk pondasi agama yang kuat, program ini juga bertujuan untuk menanamkan nilai kedisiplinan, tanggung jawab, serta semangat mencari ilmu yang benar dan bermanfaat sejak awal.
Dengan model pendidikan seperti ini, Pondok Pesantren Nurul Jadid ingin memastikan bahwa setiap lulusan yang dihasilkan tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki integritas moralitas dan spiritual yang kokoh sesuai yang ditanamkan oleh pendiri dan pengasuh pertama, KH. Zaini Mun’im.