Surabaya, — Semangat nasionalisme dan pengamalan nilai-nilai Pancasila menjadi sorotan utama dalam dialog kampus bertajuk “Menumbuhkan Nasionalisme Generasi Muda dalam Bingkai Pancasila” yang digelar oleh Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Selasa (10/6/2025)
Ketua Studi Mahasiswa Hukum Indonesia (SMHI) Fakultas Hukum Unair, Dewa Pranata Putra Purnama dalam paparannya, Dewa menegaskan pentingnya peran generasi muda, khususnya mahasiswa, dalam menjaga dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.
“Kita hidup di era disrupsi informasi dan globalisasi. Nasionalisme bukan lagi sekadar slogan atau hafalan lima sila. Nasionalisme hari ini harus berwujud pada tindakan nyata dan konsistensi sikap sebagai anak bangsa,” ujar Dewa.
Menurutnya, wawasan kebangsaan bukan hanya soal mengetahui sejarah perjuangan bangsa, tetapi juga soal pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai dasar negara dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia menyebut bahwa Pancasila sebagai ideologi negara tetap relevan dan menjadi fondasi kuat untuk menjaga persatuan di tengah keragaman.
Dewa juga menyoroti pentingnya peran mahasiswa dalam memperkuat nilai kebhinekaan, toleransi, dan keadilan sosial. Dalam konteks ini, mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, tidak hanya melalui jalur akademik, tetapi juga lewat aksi sosial dan advokasi masyarakat.
“Kami di SMHI mendorong mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan yang konkret—seperti advokasi hukum bagi masyarakat kurang mampu, diskusi lintas budaya dan agama, hingga pengabdian masyarakat di wilayah pinggiran. Semua ini adalah bentuk nyata implementasi Pancasila, terutama sila kedua dan kelima,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan kekhawatirannya terhadap menurunnya minat generasi muda terhadap isu-isu kebangsaan, terutama akibat dominasi media sosial dan konten digital yang kerap mengesampingkan nilai edukatif. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya menciptakan ruang-ruang dialog yang terbuka dan kritis, namun tetap berlandaskan nilai etika dan kebangsaan.
“Kalau bukan kita yang muda yang menjaga nilai-nilai kebangsaan, lalu siapa lagi? Mahasiswa punya potensi besar untuk memengaruhi opini publik, terutama di era digital. Tapi itu harus digunakan untuk menyebarkan nilai-nilai positif, bukan justru memperkeruh suasana,” tutup Dewa.
Banyak mahasiswa menyampaikan pandangan, tantangan, dan solusi tentang bagaimana Pancasila bisa lebih membumi di kalangan muda. Diskusi ini menjadi bukti bahwa semangat kebangsaan masih hidup dan terus berkembang, selama ada ruang untuk berbicara dan bertindak bersama demi masa depan Indonesia yang berkarakter dan berkeadilan.