Bali HarianJatim Com— Siapa bilang belajar linguistik harus melulu di ruang kelas? Mahasiswa Program Studi Linguistik Indonesia Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jawa Timur membuktikan sebaliknya. Mereka sukses menggelar studi lapangan bertema “Ngulik Nama Tempat Kuliner dan Bahasa Bali” pada 2–5 Juni 2025 di berbagai titik kuliner Pulau Dewata.
Kegiatan ini bukan sekadar wisata edukatif, tetapi juga riset serius yang mengangkat dua aspek linguistik sekaligus: onomastika kuliner dan struktur bahasa Bali. Para mahasiswa mendalami makna di balik penamaan tempat-tempat makan yang unik dan penuh nilai budaya.
Menurut Dr. Endang Sholihatin, Koordinator Program Studi Linguistik Indonesia, kegiatan ini bertujuan untuk membuka wawasan mahasiswa terhadap kekayaan penamaan (onomastika) yang berakar dari budaya lokal. “Banyak nama tempat makan di Bali yang terinspirasi dari alam, tradisi, bahkan kebiasaan masyarakat setempat,” ujarnya.
Selain itu, para mahasiswa juga mengumpulkan data bahasa Bali untuk dianalisis secara mikro dari segi fonologi (bunyi bahasa) dan morfologi (struktur kata). Hal ini menjadi bagian penting dari pembelajaran linguistik yang bersentuhan langsung dengan data otentik.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengalami langsung penerapan linguistik di lapangan. Bali menjadi laboratorium bahasa dan budaya yang sangat kaya untuk itu,” tambah Dr. Endang.
Dengan menjadikan kuliner dan bahasa Bali sebagai objek studi, mahasiswa belajar menyelami makna, sejarah, serta simbolisme dalam setiap teks dan bunyi yang mereka temui. Hasilnya, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan kontekstual.
Studi lapangan ini menunjukkan bahwa Linguistik bukan sekadar disiplin ilmiah, tetapi juga jembatan untuk memahami budaya melalui hal-hal sehari-hari, seperti makanan. Kegiatan ini menjadi contoh bahwa belajar bisa sekaligus menyenangkan dan berkesan.
