Reporter : Ahmad Fauzi
HarianJatim.comSurabaya-Tak terasa giat Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji hari ini, Kamis (17/12/2020), di Asrama Haji Sukolilo Surabaya telah memasuki hari ke tujuh. Ada tiga materi yang disampaikan, yang pertama materi Praktek Ibadah Haji, Micro Guiding Pembimbing Manasik Haji dan Implementasi Pengembangan IT Penggunaahasa Arab Pasaran.
materi Praktek Ibadah Haji oleh Prof. Aswadi, M.Ag. Beliau mengatakan tujuan praktek ibadah haji adalah untuk meningkatkan kualitas, kreativitas dan integritas pembimbing ibadah haji dan umrah dalam menjalankan aktulisasi potensi diri, kompetensi dan tugasnya secara profesional dalam rangka mewujudkan jemaah haji maupun umrah secara benar, berakhlak dan mandiri, mulai keberangkatan kepulangan hingga pasca kepulangannya.
“Sedang manfaatnya untuk memperoleh pengakuan dan perlindungan atas profesionalitas pembimbing manasik untuk melaksanakan haji, umrah, tugas, tanggung jawab dan kewenangannya dalam memberikan bimbingan manasik haji dan umrah sesuai ketentuan pemerintah,” jelasnya
Setelah diadakan pengarahan umum tentang ibadah haji dan umrah oleh Prof. Aswadi , M.Ag, secara detail dan rinci beserta runtutan tatacara pelaksanaanya, peserta perwakilan melaksanakan simulasi haji.
Selanjutnya, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Uinsa Surabaya, Dr. H. Abd. Halim, M.Ag, menyampaikan materi Micro Guiding Pembimbing Manasik Haji.
Microguiding adalah cara mempresentasikan pelaksanaan pembimbingan haji dengan pendekatan analisis SWOT.
Analisis SWOT merupakan suatu teknik perencanaan strategi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek, baik yang sedang berlangsung maupun dalam perencanaan baru.
“Micro Guiding untuk merefleksikan perjalanan kita dari pembimbingan dari tanah air sampai ke tanah air lagi,” ujar pria kelahiran Pati, 55 tahun silam ini.
Ia mengatakan Pembimbing manasik adalah seorang “transformation” kepada jemaah. Ada beberapa prinsip yang harus dimiliki dan dikuasai pembimbing manasik haji yang harus ditularkan kepada jemaah. Pertama value transformation (pembimbing yang bisa mentransfer nilai-nilai spiritual pada jemaah), transformation of knowledge (transformasi pengetahuan), transformation experience (transformasi pengalaman), transformation of skill (transformasi keahlian) dan transformation net working (jaringan tim antar pembimbing, petugas dan jemaah).
“Pembimbing sebagai transformator nilai meliputi ketauhidan, keabsahan, kemabruran, ketauladanan, keindonesiaan, kemanusiaan, kemandirian dan kebersamaan,” paparnya.
Menurutnya, karakteristik pembimbing meliputi acceptence and caring (penerimaan dan penghargaan secara positif), understanding and emphaty (memahami dan merasakan), warmth and human encounter (hangat dan bersedia menjadi contoh), jujur dan terbuka.
“Pembimbing harus bisa memberi tauladan sebelum mengajak, mengambil hati sebelum menyampaikan pesan, memberikan penjelasan sebelum menyampaikan ajakan,” timpalnya.
Beberapa aspek yang perlu di perhatikan adalah sikap yang baik, ketrampilan yang baik dan pengetahuan yang cukup. Sedangkan tehnik penyelesaian masalah jemaah dengan pendekatan humanis ada 3,
directive approach pendekatan ini menilai bahwa setiap individu memiliki potensi, namun butuh bantuan orang lain, pembimbing berusaha mendengarkan permasalahan, mengarahkan dalam penyelesaian masalah jemaah, pembimbing lebih aktif dominan dalam penyelesaian masalah. Non directive approach pendekatan ini menilai bahwa jemaah memiliki peran dalam penyelesaian masalahnya, sedangkan pembimbing hanya menampung dan mengarahkan pembicaraan yang terjadi dalam proses konsultasi. Eclective Approach, pendekatan ini merupakan kombinasi antara directive dan non directive, polanya adalah pembimbing memiliki kebebasan cara (metode dan ketrampilan) dan pembimbing bisa berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses penyelesaian masalah.
Selanjutnya pria yang masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Uinsa Surabaya ini menegaskan tentang peran pembimbing sebagai leader dan manajer yang merupakan satu kesatuan dan kombinasi sesuai kebutuhan. Di akhir materi dilaksanakan simulasi dan praktek masalah dalam serangkaian proses pelaksanaan ibadah haji dengan mengambil contoh kasus tertentu.
Setelah materi Microguiding ada
Narasumber ke tiga yaitu Pencipta Aplikasi EMAQRA’, H. Nur Yasin Shirotol Mustaqim, MA, dengan materi Implementasi Pengembangan IT Penggunaan Bahasa Arab Pasaran.
Ia mengajarkan kepada peserta tentang sebuah layanan WhatsApp Auto Respon yang menyediakan layanan bahasa Arab Ammiyah, caranya dengan ketik a atau arab, layanan Doa Manasik Haji dan Umrah, dengan cara ketik d atau doa dan layanan Manasik Haji dan Umrah dengan cara ketik m atau manasik ke nomor
08888000077 (PP Qur-any Nurul Faizah Surabaya). Pria jebolan pesantren PIQ Singosari Malang asuhan KH. M. Bashori Alwi Murtadlo ini mengatakan
ingin memberikan kontribusi untuk Petugas Haji dan jemaah agar bisa mudah memahami atau belajar bahasa Arab, manasik haji dan doa-doa haji.
“Semoga ini bermanfaat dan berharap seluruh jemaah dan petugas nantinya menjadi haji yang mabrur, sehingga saya ikut di doakan,” ujarnya.
Dengan aplikasi tersebut bisa memudahkan jemaah untuk berkomunikasi dengan bangsa Arab dan paham tentang manasik haji sedini mungkin. Menurut pria lulusan S1 IAIN Malang dan S2 King Saud University Riyadh ini aplikasi dibuat sekitar 1 bulan. “Masih perlu banyak masukan dan penyempurnaan,” kata ia.
Acara ini diikuti oleh 100 orang peserta se Jawa Timur, dari unsur ASN Kemenag. Karena penyebaran covid masih tinggi panitia menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Semua peserta wajib membawa surat swab negatif, menjaga jarak, tidak bersalaman, memakai masker,brajin cuci tangan dan tidak boleh foto bersama. Selama kegiatan peserta juga dilarang keluar asrama.
(Af/lai)