Ketikan Kalian Bisa Membunuh Orang, Tanpa Kalian Ketahui

  • Bagikan
Foto Iustrasi/Ist

Saat ini banyak kasus bunuh diri yang diakibatkan oleh cemoohan netizen di media sosial. Maka dari itu, disini saya ingin mengulas masalah berbahasa yang baik di media sosial. Penggunaan bahasa dalam media sosial menjadi kajian yang menarik dari pemerhatian bahasa di Indonesia bahkan dunia. Hal tersebut karena media sosial memberi pengaruh kurang baik terhadap perkembangan bahasa nasional masing-masing karena penggunaannya tidak sesuai dengan tata bahasa baku yang telah ditentukan. Seperti yang sudah didefinisikan oleh Geoffrey Leech, kesantunan sebagai “strategi untuk menghindari konflik” yang “dapat diukur berdasarkan derajat upaya yang dilakukan untuk menghindari situasi konflik”. Konfilk disini merupakan masalah yang timbul sebagai dampak dari penggunaan bahasa atau tingkah laku yang tidak sopan.

Seperti yang kita ketahui, Saat menggunakan media sosial adakalanya kita harus menafsirkan ucapan lisan kita ke dalam sebuah kata dan kalimat melalui ketikan karena tidak semua media sosial memfasilitasi penggunanya untuk bertatap muka sehingga tidak memungkinkan kita untuk melihat ekspresi, intonasi dan cara kita berbicara. Terkadang, apa yang kita ingin sampaikan dan apa yang tersampaikan kepada orang lain berbeda tergantung perspektif masing-masih dan cara baca masing-masing. Oleh karena itu, diperlukan adanya tanda baca yang tepat agar penerima pesan setidaknya dapat mengerti maksud dari apa yang ingin kita sampaikan. Sedikit saja kesalahpahaman dan kesalahan dalam penafsiran kalimat, dapat menyebabkan timbulnya hal besar. Seperti rumor-rumor yang muncul di media sosial. Terkadang, rumor sendiri muncul karena kesalahan dari pengguna-pengguna media sosial itu sendiri, bukan dari seseuatu yang dirumorkan.

banner 336x280 banner 336x280

Baca Juga : Bahasa Isyarat, Santunkah?

Rumor dapat menyebar dengan cepat karena ada satu orang yang meng’iya’kan rumor tersebut dan lainnya mendukung apa yang diketikkan orang tadi, apalagi jika menyangkut masalah atau seseorang yang sedang Trend pada saat itu. Ibaratnya seperti menyalakan api di atas tumpahan minyak dekat kompor menyala. Pasti akan menyambar dan menyebabkan kebakaran jika tidak segera dimatikan apinya dan dijauhkan sumbernya.

Hal itu bisa menyebabkan Cyber Bullying yang jika semakin parah akan membuat pihak yang bersangkutan depresi bahkan mengakhiri hidupnya karena tekanan dari orang-orang yang tidak diketahui. Dari sini sudah bisa dilihat bahwa kesantunan berbahasa dan tindakan yang dilakukan para pengguna media sosial makin berkurang. Para pengguna yang didominasi remaja, makin gencar menggunakan kata-kata kasar yang menurut mereka keren dan ikut-ikut berkomentar di lapak orang tanpa tau seluk-beluknya. Seperti kasus yag baru-baru ini terjadi di media sosial, seorang yang tidak tahan dengan tuduhan netizen memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena tidak kuat dengan tekanan yang mereka berikan. Setelah itu apa yang dilakukan netizen-netizen tadi, apa mereka semua akan dipenjara karena kasus pembunuhan? Tentu tidak. Disini hanya pihak yang terdesak yang terkena imbasnya, sementara pihak pendesak tidak mendapat akibat apapun dari perbuatannya.

Baca Juga : Berbahasa Santun, Sebagai Penuntun!

Kasus-kasus seperti ini banyak menjadi sorotan dan orang-orang mulai lelah dengan kelakuan netizen-netizen seperti itu. Jika tidak suka, lebih baik diam jika tidak bisa mengkritik secara baik dan benar. Daripada memunculkan konfilk, lebih baik diam dan jangan melihat apapun yang berkaitan dengan hal itu walaupun penasaran.

Memang, kita sebagai manusia butuh kritik agar segala perbuatan kita lebih terarah. Namun, sesuai dengan Maksim Kesantunan Leech, yaitu Maksim kebijaksanaan (tact), Maksim pujian (approbation dan Maksim kerendahanhatian (modesty). Sebagai pihak pengritik, hendaknya bersikap lebih bijaksana dan lebih memfokuskan kepada hal-hal yang kritik namun menggunkan bahasa yang sopan dan santun. Dan bisa menambahkan sedikit pujian agar pihak yang dikritk tidak sepenuhnya merasa salah dengan apa yang dilakukannya. Sedangkan pihak yang dikritik, hendaknya menerima kritikan dengan memilih hal-hal yang baik saja, juga tidak sombong atau terlalu bangga diri setelah menerima pujian. Mengartikan kritik dan pujian secara bersamaan sebagai salah satu bentuk motivasi untuk melakukan suatu hal lebih baik lagi.

Baca Juga : Apakah Lontaran Kalimat Perintah Termasuk Ketidaksantunan Berbahasa?

Dengan menggunakan bahasa santun yang tidak memunculkan konflik di media sosial, dapat mengurangi kasus kematian ang disebabkan komentar-komentar jahat di media sosial. Kesehatan fisik memang penting, namun kesehatan mental tidak kalah pentingnya. Karena kesehatan mental yang baik mampu menciptakan pandangan yang positif, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Karena kesehatan mental berkaitan dengan kesehatan fisik, seorang dengan mental yang sehat lebih mampu untuk sembuh dari penyakit.

Untuk itu, berhati-hati saat berkomentar dan jaga ketikan saat bermain media sosial memiliki manfaat yang besar. Mengkritik boleh-boleh saja. Namun, harus menggunakan bahasa yang santun dan disertai dengan saran yang membangun.

Baca Juga : 7 Etika Berbicara dengan Baik

Ditulis oleh : Adhys Ramadanti | Pelajar di SMAN 1 Kepanjen

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 336x280
Verified by MonsterInsights