Reporter : Junaidi
Sumenep-harianjatim.com. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep, Jawa Timur mulai memperketat pengawasan terhadap peregerakan hewan ternak. Itu dilakukan guna sebagai antisipasi masuknya wabah penyakit mulut dan kaki (PMK).
Sumenep masih bebas dari PMK ini. Tapi, upaya pencegahan dan pengendalian kami lakukan agar tidak ada kasus terkonfirmasi dalam penyebaran virus untuk hewan ini,” kata Arif Formanto, Kepala DKP Sumenep.
Menurutnya, langkah pencegahan dan pengendalian itu penting agar memotong mata rantai penyebaran di kota ini. Selain pengawasan, pihaknya juga menghentikan pengiriman dan pemasukan ternak ruminansia dari luar Madura dengan tidak mengeluarkan SKKH.
“Kami juga melakukan sindromik surveillance (surveillance klinis) berbasis Desa, agar bisa diketahui sebaran kasusnya,” ujar dia.
Bahkan, sambung dia, jika ditemukan adanya hewan sakit, dipastikan akan dilakukan karantina dan isolasi wilayah. Dan, akan dilakukan pengobatan atas gejala sakit yang ditemukan.
“Misalnya, memberikan semprot kaki hewan yg sakit dengan formalin 4 persen pagi sore, pemberian obat antibiotik, analgesik dan vitamin. Termasuk disenfektan,” ucapnya.
Sementara, menurut Arif, untuk petugas juga menerapkan Biosafety yang meliputi ganti sarung tangan, cuci dan semprot sepatu dengan desinfektan, cuci tangan dan ganti masker.
“Petugas punya kewajiban juga mendata berbasis desa, mulai dari hewan, sakit, diobati, sembuh dan mati sebagai pengendalian,” tuturnya.
Arif menegaskan, semua langkah pencegahan dilakukan agar Sumenep tetap steril dari PMK ini. Makanya, semua pihak hendaknya bekerja maksimal untuk menjadikan kota Sumekar bebas PMK.
“Alhamdulillah, sampai detik ini Sumenep tidak ada yang terkonfirmasi kasus, alias bebas PMK,” paparnya.
Baca Juga : Wabah Penyakit PMK Merebak di Jatim, DKPP Surabaya Perketat Pengawasan
(Jd/Wd)