Setara dari Dulu, Kini, dan Nanti

  • Bagikan
Setara dari Dulu, Kini, dan Nanti

Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi hal di atas?

Tasrikha Ikawati, selaku guru Bahasa Inggris dan wakil kepala kesiswaan SMAN 8 Kota Malang periode 2019-2022 yang akrab disapa Ibu Ika, memaparkan bila keterpilihan mereka menempati posisi-posisi tersebut semata-mata karena kecerdasan dan kemampuan untuk menjadi pemimpin. Kualitas mereka memang sudah melewati beberapa tahap pengujian, yang pada akhirnya sampai pada sesi pemilihan oleh warga sekolah.

Semua siswa SMAN 8 Kota Malang dipersiapkan untuk menghadapi persaingan, mereka juga dibekali dengan pengetahuan keadilan dan kesetaraan yang bagus sehingga tolak ukur pemimpin bukan lagi pada gender tapi kemampuan. “Sejauh yang saya tahu, tidak pernah ada (masalah gender), baik guru atau siswa. Selama proses kami tidak melihat gendernya, baik laki maupun perempuan kami tidak melihat itu. Proses pemilihannya juga panjang sekali, ada tes administrasi, wawancara, tes tertulis. Kami selalu melihat pada hasil terbaik,” jelasnya. Biasanya akan terdapat masing-masing tiga kandidat calon ketua dan wakil ketua terpilih yang akan maju pada pemilihan OSIS. Mereka merupakan hasil seleksi ketat nan panjang yang mewakili anak-anak kelas 11 dan 10 sebagai calon ketua dan wakil ketua OSIS.

Berhasil melewati rangkaian seleksi tersebut, pada tahun ini ketua dan wakil ketua OSIS terpilih merupakan sosok perempuan yakni pasangan Niangke Fairrachma dari kelas 11 IPS dan Kanindita Tiara Maharani dari kelas 10 MIPA. Sedangkan sebelumnya, terdapat pasangan ketua dan wakil ketua OSIS, Salma Rasheeda dari kelas 11 IPS didampingi Ale Sulthon Rahman dari kelas 10 MIPA (periode 2021-2020) dan Adi Cantika dari kelas 11 IPS didampingi Nazwa Marsha dari kelas 10 MIPA (periode 2019-2020).

Begitu pun pemilihan ketua ekstrakurikuler, meskipun tidak berlangsung serumit pemilihan ketua OSIS, tetap ada langkah-langkah yang harus ditempuh. Sampai saat ini, ekstrakurikuler tidak pernah dikenalkan dan dibagi berdasarkan gender tertentu, sehingga porsi yang didapat sama banyaknya. Namun sekali lagi Ibu Ika menegaskan bukan masalah gender yang menjadi pertimbangan, tetapi kemampuan personal yang bersangkutan.

Ibu Ika menambahkan bila salah satu kelebihan pemimpin perempuan adalah kemampuan untuk melakukan banyak tugas sekaligus–multitasking–yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Perbedaan yang paling menonjol dari gaya kepemimpinan laki-laki dan perempuan menurut Joane Hoare dan Fiola Gell adalah perempuan lebih bersifat kooperatif dan kolaboratif, sementara laki-laki lebih kompetitif dan otoritatif. “Saya tidak mengatakan anak perempuan semuanya lebih bagus, enggak, semua ada kekurangan dan kelebihan, tapi masalah ketegasan, menangani masalah, bekerja sama dengan teman-temannya jalan semua itu. Bukannya yang laki-laki enggak jalan ya, tapi anak perempuan sepertinya lebih survive, lebih mencakup banyak hal,” ujarnya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90
Verified by MonsterInsights
For websites and social media.