harianjatim.com – Jamaah ibadah haji dari berbagai negara akan memasuki akhir dari rentetan ibadahnya dan akan kembali ke negaranya masing-masing.
Pasalnya tak sedikit dari mereka yang usai beribadah haji melaksanakan tasyakuran di kediaman rumahnya masing-masing.
Lalu bagaimanakah hukumnya menyelenggarakan tasyakuran usai beribadah haji?
Islam membenarkan menyambut kedatangan seseorang yang usai berpergian jauh, hal ini dijelaskan oleh Imam Nawawi, adapun hukumnya ialah sunnah dan termasuk dari naqi’ah, yakni hidangan yang dipersembahkan untuk menyambut kedatangan seseorang.
Dalam al-Majmu’ Syarah Muhadzdzab (4/400) Imam an-Nawawi menjelaskan:
يستحب النقيعة، وهي طعام يُعمل لقدوم المسافر ، ويطلق على ما يَعمله المسافر القادم ، وعلى ما يعمله غيرُه له
Artinya: “Disunnahkan untuk mengadakan naqi’ah, yaitu hidangan makanan yang digelar sepulang safar. Baik yang menyediakan makanan itu orang yang baru pulang safar atau disediakan orang lain.”
Dasar dari penjelasan diatas adalah Hadist Riwayat Bukhari berikut ini:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما قدم المدينة من سفره نحر جزوراً أو بقرةً ” رواه البخاري
Artinya, “Sesungguhnya Rasulullah saw ketika tiba dari Madinah sepulang safar, beliau menyembelih onta atau sapi.” (HR Bukhari).
Selain itu, dalam hadits lain riwayat Imam Bukhari dari Abdullah bin Ja’far juga disebutkan,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ تُلُقِّيَ بِنَا .فَتُلُقِّيَ بِي وَبِالْحَسَنِ أَوْ بِالْحُسَيْنِ . قَالَ : فَحَمَلَ أَحَدَنَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَالْآخَرَ خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلْنَا الْمَدِينَةَ
Artinya, “Jika Nabi saw pulang dari safar, kami menyambutnya. Beliau menghampiriku, Hasan, dan Husain, lalu beliau menggendong salah satu di antara kami di depan, dan yang lain mengikuti di belakang beliau, hingga kami masuk kota Madinah.” (Hr Muslim).
Sehingga berdasarkan dalil diatas hukum tasyakuran menyambut kedatangan jamaah haji adalah sunnah.