Barang Rongsokan

  • Bagikan
Scrap Metal Concept. Workers Work On Junkyard, Sorting Piles Of Scrap Metal. People Bring Old Metal Things, Broken Technique to Recycling Plant. Cartoon Linear Outline Flat Vector Illustration

Oleh : Ponirin Mika*

banner 336x280 banner 336x280

Prbolinggo.HarianJatim.Com- Judul ini terinspirasi dari seseorang yang sedang berkisah tentang barang rongsokan. Saat itu bersama saya duduk sambil ngopi sekedar hanya bincang-bincang materi agak serius yaitu marxisme. Seakan-akan kita adalah manusia yang terpelajar dan pecinta kajian filsafat Jerman. Eh, bukan begitu hanya mengisi waktu kosong saja setiap hari dan bahkan setiap malam. Kita seringkali bertukar pikiran tentang manusia merdeka. Mnusia yang terbebas dari belunggu tirani kuasa menjadi manusia pemenang dengan kebebasannya. Terkadang pun tak tanggung-tanggung kita menyinggung ungkapan pemikir perancis yang bernama sastre seorang filosof ternama. Candaan yang agak serius itu sangat bermakna karena bertemunya dua pikiran yang tersambung atas kesadaran, dan tak sedikit pun memilihara konflik.

Di tengah-tengah candaan itu, ada ungkapan barang rongsokan. Saya teringat sama pemulung yang berhasil memanfaatkan barang rongsokan itu menjadi berharga. Bahkan menjadi alat istimewa bernilai jual dengan harga yang tinggi. Ya, disitu kepekaan dan kecerdasan seorang pemulung di uji. Bukan sekedar memasukkan barang rongsokan ke kardus yang rusak, melainkan memilah-milah barang rongsokan dengan logika dan rasa yang tinggi. Sebagian orang menjadikan barang rongsokan bahan ejekan dan tertawaan. Ia menganggapnya barang terhina, terbuang dan tak dibutuhkan. Padahal kata orang sufi, tak satu pun barang yang ada di dunia sia-sia hingga lalat sekalipun. Sikap menyepelekan menandakan betapa minimnya penghargaan, hilangnya sikap menghargai mengindikasikan miskinnya ilmu.

Eh, kok kemana-mana lagi nih,,,. Tidak untuk menyinggung tapi hanya sekedar menafsirkan betapa pentingnya barang rongsokan itu.

Diskusi agak malam, suasana mulai semakin dingin. Karl Marx masih ada dalam bayang-bayang pikiran yang terus menjadi hantu. Waduh, jadi teringat kalimatnya Marx, “akan ada hantu di eropa”. Bagaimana jika hantu itu berada di tempat kita, di ruangan kita, bahkan ada pada piring-piring kita?

Sebenarnya diskusi pemikiran Marx bagi kita bagai mencuci baju. Pikiran yang sudah mulai “agak” usang. Ini caranya untuk mengasahnya sampai di mana pikiran manusia itu tumbuh dengan sendirinya. Marx mengajak berfikir kritis dan tidak mengajari kita berfikir apatis. Banyak orang yang anti pemikiran Marx tapi dia tidak punya pikiran sepersen pun.

Orang yang senang berdialog dengan Marx, ia akan melihat dunia tidak sedang aman-aman saja. Apalagi melihat banyaknya kapitalis yang berdasi yang sering mengatsnamakan rakyat. Hanya dia pun senang mengibuli.

Barang rongsokan adalah sebuah gambaran begitu tidak berharganya seseorang di depan tuan-tuan penguasa.

Ia akan di timbun sebanyak-banyaknya dan akan dibiarkan kering, jika tak ada pembeli. Meskipun ada pembeli, tetap barang rongsokan akan di lempar-lempar yang penting sang pemilik puas dengan menjual-belikan.

Dalam islam, kita tidak boleh memandang rendah siapapun. Tidak boleh mengambil nikmat dari peluh dan keringat siapa pun, lebih-lebih dari makhluknya Tuhan sang maha pengasih. Kita pula tak bisa memeras sesama namun satu sisi tak menghargainya. Dan kita menuntunnya untuk pasrah dan tawakal pada kezaliman. Itulah membuat Marx berkata bahwa “Agama adalah Candu”. Padahal agama datang untuk membebaskan manusia dari tirani.

*Ketua Lakpesdam MWCNU Paiton dan Anggota Community of Critical Social Research Probolinggo.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 336x280
Verified by MonsterInsights