Program Desa Tematik Mendes Kunci Sukses Ketahanan Pangan

  • Bagikan

Muhammad Irvan Mahmud Asia
Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Agraria & Sumber Daya Alam (PPASDA)

banner 336x280 banner 336x280

Menteri Desa dan PDT Yandri Susanto dalam rapat koordinasi terbatas bidang pangan pada hari Sabtu (28 Desember 2024) menegaskan bahwa alokasi dana Desa tahun 2025 untuk ketahanan pangan serendah-rendahnya 20%. Bahkan alokasinya bisa lebih jika Desa tersebut miliki potensi besar di sektor pertanian.

Yandri menyebut Kementrian Desa juga akan menyusun modul Desa Tematik, seperti Desa Padi, Desa Cabai, Desa Melon, Desa Jagung dan sebagainya.

Desa Tematik dimaksudkan untuk menciptakan ketahanan pangan nasional yang menjadi salah satu arus utama pembangunan Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah menargetkan tahun 2027 Indonesia akan berswasembada pangan. Untuk komoditas tertentu bahkan lebih cepat tahun 2025 diputuskan tidak lagi impor yaitu beras, jagung, garam, dan gula konsumsi.

Secara teoritis, Desa Tematik adalah pengembangan potensi lokal Desa melalui tema tertentu yang sesuai dengan karakteristik geografis, sosial, dan ekonomi Desa tersebut. Program Desa Tematik menjadi solusi strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan yang kuat dan berkelanjutan sekaligus memperkuat ekonomi Desa. Jika berhasil, program ini akan memberi dampak:

Pertama, peningkatan produksi pangan lokal dengan berfokus pada peningkatan produktivitas.

Kedua, pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Program ini mendorong pengelolaan lahan secara ekologis seperti penggunaan pupuk organik dan teknologi irigasi modern, yang dapat meningkatkan hasil panen sekaligus menjaga lingkungan.

Ketiga, diversifikasi produk pangan. Desa Tematik membantu masyarakat mengembangkan produk olahan lokal misalnya makanan kemasan sehingga menciptakan nilai tambah dan memperluas pasar.

Keempat, penguatan ekonomi Desa. Program ini menciptakan lapangan kerja, mengurangi urbanisasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal berbasis pangan.

Tantangan

Program Desa Tematik diperhadapkan dengan berbagai tantangan yang membentang dari SDM sampai pada ego para pemangku kepentingan. Beberapa tantangan tersebut adalah:

Pertama, rendahnya sinergitas pemangku kepentingan terutama di level pemerintah sendiri. Akibatnya terjadi tumpang tindih program, keterlambatan pelaksanaan, atau tidak maksimalnya pemanfaatan dana Desa. Harus ada forum komunikasi rutin antar pihak untuk memastikan sinergi dan efektivitas pelaksanaan program.

Kedua, ketergantungan pada dana Desa. Mayoritas Desa masih bergantung sepenuhnya pada dana Desa untuk membiayai program tematik. Jika dana tidak mencukupi atau terlambat dicairkan, program bisa terhambat. Desa perlu mencari pendanaan alternatif.

Ketiga, ketidakstabilan harga pangan. Sejak dahulu, hasil prduksi petani tidak stabil sehingga petani lebih sering merugi akibatnya petani tidak bersemangat melakukan produksi. Sudah saatnya koperasi desa dan Bum Desa memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk warga desa secara langsung ke konsumen. Untuk itu, Desa-desa daerah terpencil-tertinggal harus memiliki jaringan listrik dan internet yang memadai. Tanmpa ini, sulit bagi warga Desa terpencil mengakses pasar berbasis platform digital. Perlu peningkatan infrastruktur Desa yang terintegrasi dengan program pembangunan Desa.

Keempat, keterbatasan SDM. Desa dengan SDM baik pengetahuan teknis maupun makro yang relevan terkait tematik yang dipilih akan membuat implementasi program berjalan lambat.

Kelima, perubahan iklim. Perubahan pola cuaca memengaruhi hasil panen dan produksi pangan. Jika ini terus berlarut, aka terjadi ketidakpastian hasil produksi yang bisa mengancam keberhasilan program Desa Tematik.

Untuk dua tantangan terakhir, harus dijawab dalam Modul yang akan disusun nanti, dengan rumusan yang praktis. Misalnya inovasi pada level mitigasi dan adaptasi iklim seperti menanam bibit unggul yang tahan kekeringan; monitoring iklim dengan memanfaatkan automatic weather station untuk mengamati curah hujan, suhu udara dan kecepatan angin; cara melakukan konservasi air dan tanah serta hara seperti guludan sebaagi penahan erosi; sistem agroforestry sebagai inovasi keberlanjutan produksi; atau yang paling sederhana dan murah menjalankan praktik bertani yang baik seperti membuka areal lahan dengan tidak membakar, pengendalian hama dengan kontrol biologi dan sebagainya.

Proyeksi ke Depan

Desa Tematik Pangan memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pilar utama ketahanan pangan nasional. Dengan pendekatan yang tepat, Desa dapat berkembang menjadi pusat produksi pangan yang berkelanjutan, inovatif, dan mandiri. Beberapa proyeksi Desa Tematik Pangan antara lain:

Pertama, pusat produksi pangan berkelanjutan. Desa Tematik Pangan menjadi sentra produksi pangan dengan cara berproduksi menggunakan teknologi pertanian modern, seperti memanfaatkan data dan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan hasil panen; pendekatan agroforestry dimana pengombinasiaan tanaman pangan dengan pohon untuk meningkatkan hasil produksi sekaligus menjaga ekosistem; mengurangi ketergantungan pada bahan kimia untuk menciptakan produk pangan yang sehat. Desa Tematik Pangan juga bisa menjadi jaring pengaman menghadapi perubahan iklim dan gagal panen. Potensi ini akan membawa ketahanan pangan yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Kedua, diversifikasi ekonomi Desa. Program ini akan mendorong diversifikasi ekonomi dengan memanfaatkan potensi lain di luar produksi pangan mentah, seperti pengolahan hasil pertanian menjadi olahan tepung, keripik, atau minuman. Kemudian agrowisata yang akan menarik wisatawan untuk belajar tentang pertanian modern. Desa juga punya peluang mendorong ekonomi hijau dengan mengembangkan energi terbarukan seperti biogas dari limbah pertanian. Berbagai sumber ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan Desa.

Ketiga, kolaborasi dengan industri. Segmen ini dimaksudkan untuk pembangunan pusat inovasi Desa dengan dukungan perguruan tinggi dan perusahaan teknologi; jaminan pembelian hasil produksi (ada MoU dengan offtaker) sehingga ada kepastian; pelatihan berkelanjutan terutama pengolahan dan manajemen.

Keempat, Desa-desa di Indonesia menjadi bagian dari rantai pasok global. Dengan standarisasi produk yang tersertifikasi dan pemasaran berbasis e-commerce, produk Desa bisa dipasarkan langsung ke konsumen dimanapun. Desa Tematik Pangan yang terhubung dengan pasar global jelas akan meningkatkan nilai tambah produk, memutus rantai pasok yang selama ini cukup panjang. Program ini bisa menjadi model global untuk pengelolaan ketahanan pangan berbasis komunitas dan dapat diadaptasi di negara lain yang menghadapi tantangan serupa.

Secara strategis Desa Tematik dapat menjadi fondasi yang kuat untuk ketahanan pangan dan mengakselerasi pembangunan Desa secara menyeluruh dan memungkinkan Desa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Strategi Kebijakan

Program ini memerlukan pendekatan yang terintegrasi, berkelanjutan, dan partisipatif. Pertama-tama dan ini titik krusial adalah pemetaan untuk mengidentifikasi potensi dan penetapan komoditas. Pelibatan masyarakat dalam proses observasi untuk memperkuat analisis dan data Desa secara presisi. Ini akan membantu memahami sumber daya alam, kondisi tanah, situasi sosial-ekonomi, keterampilan masyarakat dan sebagainya. Terakhir adalah penetapan tematik pangan apa yang sesuai potensi.

Kedua, penguatan regulasi dan kebijakan. Perlunya kepastian kebijakan pemerintah untuk mendukung penuh pengembangan Desa Tematik Pangan, pengalokasian dana Desa yang sesuai kebutuhan dan dikelola secara transparan, dan terakhir advokasi di tingkat pemerintah daerah untuk memberikan perhatian lebih kepada Desa Tematik terkhusus menyangkut pemasaran. Disinilah urgensi forum rutin antara pemerintah, swasta, dan warga Desa.

Ketiga, penguatan kapasitas warga Desa. Pelatihan dan edukasi teknis kepada petani atau pelaku usaha pangan tentang teknologi modern, manajemen bisnis, dan pengolahan hasil. Memberdayakan pemuda Desa dengan inovasi, mendorong kewirausahaan sosial melalui bisnis berbasis komunitas untuk menciptakan dampak sosial, melakukan edukasi dan kampanye ketahanan pangan dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kemandirian pangan, dan termasuk program mentoring untuk berbagi pengalaman sukses yang sudah ada dari program sejenis di tahun-tahun sebelumnya.

Keempat, pembangunan dan perbaikan infrastruktur pertanian. Waduk, bendungan, jaringan irigasi, alsintan terutama pengolahan tanah, alat panen dan mesin pengering. Kemudian jaringan internet yang stabil untuk mendukung aplikasi pertanian pintar dan pemasaran online. Dibutuhkan pendanaan baik dari dana Desa secara efektfi dan transparan serta dukungan dari pemerintah daerah serta CSR BUMN/swasta untuk peningkatan infrastruktur yang dimaksud.

Kelima, akses permodalan dan asuransi. Peran lembaga keuangan baik itu bank atau lembaga mikrofinansial harus dipermudah seperti bunga yang rendah. Juga tak kalah penting skema asuransi manakala terjadi gagal panen. Khusus asuransi ini pemerintah pusat harus menjadi penjamin.

Pada akhirnya, kepastian keberlanjutan program Desa Tematik Pangan ditentukan sejauh mana politik pemberdayaan (bukan pemerdayaan) memiliki kedudukan yang setara. Bukan cara berfikir dan bekerja yang sangat teknokratik. Dalam cara kerja teknokratik, pemerintah memosisikan diri sebagai subjek dan warga Desa sebagai objek. Meskipu secara retorik pemerintah mengaku tidak demikian lagi, namun praktik dibanyak Desa masih masif. Inipula yang menjelaskan mengapa dana Desa yang digelontorkan sejak 2015 belum optimal memberdayakan orang-orang marginal dan menggerakan pertumbuhan ekonomi Desa.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 336x280
Verified by MonsterInsights