Nabire — Kegiatan Pelatihan Tenaga Informasi Teknologi, Penandatanganan MoU Sertifikasi Badan Usaha, dan Launching Kartu Tanda Anggota Kamar Adat Pengusaha Papua se-Tanah Papua yang digelar di Hotel Mutiara Black Nabire pada 18–19 Juli 2025 berujung ricuh.
Acara yang seharusnya memperkuat kapasitas dan solidaritas ekonomi pengusaha asli Papua ini justru diwarnai keributan hingga berakhir dengan pengrusakan fasilitas hotel milik masyarakat adat sendiri.
Kericuhan terjadi pada hari pertama kegiatan. Suasana memanas saat terjadi perselisihan antar peserta yang belum diketahui pemicunya. Adu mulut dan ketegangan meningkat, hingga berujung pada tindakan destruktif. Sejumlah peserta diduga melemparkan kursi, memecahkan kaca, dan merusak berbagai fasilitas lain di lingkungan Hotel Mutiara Black, tempat acara diselenggarakan.
Hotel tersebut dimiliki oleh Alus UK Murib, S.E., seorang pengusaha asli Papua yang selama ini konsisten mendukung kegiatan-kegiatan pemberdayaan ekonomi OAP (Orang Asli Papua).
Dalam keterangannya kepada media, Jumat (18/7), Alus UK Murib menyampaikan kekecewaan dan keprihatinannya atas kejadian tersebut.
“Saya sangat menyesalkan peristiwa ini. Kegiatan ini diinisiasi oleh Kamar Adat Pengusaha Papua yang seharusnya menjadi motor penggerak pemberdayaan ekonomi orang Papua. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Oknum-oknum yang hadir malah merusak fasilitas milik pengusaha OAP sendiri. Ini tidak hanya merugikan secara materi, tapi juga merusak semangat solidaritas dan kebangkitan ekonomi kita,” ujar Alus UK Murib.
Ia menegaskan bahwa tindakan anarkis tersebut tidak dapat dibenarkan dalam kondisi apapun. Alus mendorong Polda Papua untuk memproses kejadian ini secara menyeluruh dan adil, dan mengungkap pelakunya.
“Saya meminta Polda Papua turun tangan dan mengusut tuntas kejadian ini. Siapapun yang menjadi pelaku pengrusakan harus diproses secara hukum. Kita harus memberi contoh bahwa sebagai pengusaha adat, kita menjunjung tinggi nilai-nilai hukum, etika, dan tanggung jawab bersama,” tegas Alus yang juga Ketua DPD Partai Hanura Provinsi Papua Tengah.
“Kita sedang berjuang mengangkat martabat dan ekonomi masyarakat Papua melalui jalur usaha dan kelembagaan adat. Namun, kalau di dalam rumah kita sendiri masih terjadi konflik dan perusakan, maka kita sedang melangkah mundur,” ujar Politisi Hanura Papua Tengah ini.
Alus UK Murib berharap penanganan yang adil dan transparan dari pihak kepolisian, dan semoga kejadian serupa tidak akan terulang di masa depan.
“Proses hukum terhadap pelaku diharapkan tidak hanya memberikan efek jera, tetapi juga memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap upaya pemberdayaan ekonomi yang berlandaskan adat dan jati diri Papua,” imbuhnya.
Hingga rilis ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari panitia penyelenggara maupun dari pihak Kamar Adat Pengusaha Papua terkait motif keributan dan upaya penyelesaian internal. Beberapa saksi mata di lokasi menyebutkan bahwa sebagian peserta yang terlibat telah meninggalkan tempat kejadian tak lama setelah kericuhan terjadi.