Gua Payudan Tempat Persemedian Raja di Ujung Timur Pulau Madura

  • Bagikan
Gua Payudan Tempat Persemedian Raja di Ujung Timur Pulau Madura
Gua Payudan Tempat Persemedian Raja di Ujung Timur Pulau Madura. (Foto : adaratimur.com harianjatim.com).

Reporter : Redaksi

Harianjatim.com – Gua Payudan, tidak hanya sebatas gua biasa. Gua ini memiliki sejarah penting karena erat hubungannya dengan perjalanan raja-raja di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Secara giografis, gua payudang berada di Desa Payudan Daleman, Kecamatan Guluk-guluk. Jarak tempuh dari Kota Sumenep sekitar 32 Km kearah barat.

Kini gua yang letaknya diatas bukit itu menjadi salah satu destinasi wisata alam yang ada di kabupaten ujung timur Pulau Madura. Banyak warga yang mengunjungi gua bersejarah itu.

Saat berada di lokasi gua, pengunjung bisa menikmati indahnya alam sekitar. Pemandangan yang cukup asri membuat pengunjung semakin betah sambil menikmati nuansa dinginnya pegunungan.

Konon, gua ini juga sebagai tempat pertapaan atau persemedian Raja Sumenep tempo dulu. Berikut raja Sumenep yang bersemedi di Gua Payudan dilansir harianjatim.com dari laman mamira.id.

1. Potre Koneng

Potre Koneng merupakan putri dari pasangan Raden Ayu Retna Sarini dengan Wagung Rukyat alias Pangeran Secadiningrat II. Mengalir darah ningrat pada sosok Potre Koneng ini. Ia masih cucu dari Pangeran Natapraja atau Pangeran Bukabu. Sebab, ibunda Potre Koneng merupakan putri dari raja yang berkuasa di kawasan Desa Bukabu, Ambunten.

Dalam Babad Songenep, karya Raden Musa’ied Werdisastra, dikisahkan bahwasanya Potre Koneng adalah putri keraton yang sering melakukan tirakat atau semadi, terutama yang masyhur pernah melakukan tirakat di Gua Payudan, di Desa Payudan Daleman, Kecamatan Guluk-guluk, Sumenep. Ada sebuah legenda tentang kisah asmara sang putri dengan sosok penguasa di Pulau Sepudi, yakni Adi Poday.

2. Jokotole

Jokotole merupakan putra dari Potre Koneng dengan Adi Poday. Menurut legenda, perkawinan antara Adi Poday dengan Potre Koneng itu lewat mimpi atau kawin batin. Saat sang putri sedang bertirakat, tiba-tiba dikejutkan dengan secercah sinar yang membuat perutnya hamil. Pada akhirnya, lahirlah tokoh yang melegenda, dan namanya harum di negeri Majapahit tersebut.

Setelah cukup dewasa, berkat perjuangan dan keberhasilannya di tanah Majapahit, Jokotole dinikahkan dengan putri Raja Prabu Kertabumi Brawijaya V yang bernama Raden Ayu Dewi Ratnadi. Selain itu, Jokotole pun diberi gelar Raden Aria Kuda Panole, dan berkuasa di Sumenep antara tahun 1415-1460 Masehi dengan gelarnya Secadiningrat III.

3. Pangeran Jimat

Pangeran Jimat merupakan raja atau penguasa Sumenep yang memerintah pada tahun 1721-1744 Masehi. Ia memiliki nama asli Raden Ahmad. Pusat keratonnya terletak di Karang Toroi, Sumenep. Beliau merupakan penguasa Sumenep ke-27.

Pangeran Jimat adalah putra dari Pangeran Rama dari hasil perkawinannya dengan Raden Ayu Gumbrek, putri dari Pangeran Panji Pulang Jiwa. Pangeran Jimat menggantikan sang mertua yang telah berpulang ke rahmatullah.

4. Ke’ Lesap

Ke’ Lesap, disebut-sebut sebagai salah satu pemuda sakti dari Madura Barat di abad 18 Masehi, yang membuat sejarah berbalut legenda, atau bisa saja sebaliknya. Legenda berbau sejarah dan terus terukir hingga detik ini.

Ia meninggalkan Kota Bangkalan pada tengah malam dan menuju ke arah timur. Hingga akhirnya, ia sampai di Gua Gunung Payudan di Sumenep. Di gua itulah ia bertapa untuk beberapa bulan lamanya.

Ke’ Lesap memerintah Sumenep antara tahun 1749-1750 M. Pada saat itu, keraton masih berada di Karang Toroi. Kemudian oleh Raden Tirtanegara, keraton Sumenep diserang kembali, sehingga terjadi perang tanding antara Raden Tirtanegara dengan Raden Buka di halaman keraton.

Pada perang tersebut, Raden Buka terkena tombak di bagian lambungnya, sehingga menghembuskan nafas terakhir. Sementara itu, sisa prajurit Raden Buka yang masih hidup, melarikan diri ke Pamekasan untuk memberi tahu kepada Ke’ Lesap bahwa Sumenep telah direbut kembali oleh Raden Tirtanegara.

5. Bindara Saot

Bindara Saot memerintah Sumenep antara tahun 1750-1762 M. Keberadaan keraton yang awalnya berada di Karang Toroi kemudian dipindah ke Pajagalan. Beliau bergelar Kangjeng Tumenggung Tirtanegara. Bindara Saot merupakan penguasa Sumenep dinasti terakhir.

Setelah Bindara Saot wafat, tampuk kepemimpinan keraton Sumenep diganti oleh putranya, Raden Asiruddin yang bergelar Penembahan Natakusuma alias Panembahan Sumolo. Beliau merupakan salah satu putra dari istri pertama Bindara Saot yang bernama Nyai Izzah.

Artikel Terbaru :

Selalu simak berita terkini Harianjatim.com melalui kanal Telegram “Harian Jatim [dot] Com”. Klik https://t.me/harianjatim untuk bergabung.

(Red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90
Verified by MonsterInsights