Reporter: Ahmad Fauzi
Bojonegoro-HarianJatim.com, Siti Mukaromah (45), sebagai senior yang cukup lama berkecimpung dalam dunia pendidikan di Kabupaten Bojonegoro, memiliki pandangan tersendiri tentang layanan Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Terdaftar sebagai peserta JKN-KIS segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) kelas 1, tidak hanya sekali dua kali saja ia menggunakan layanan tersebut.
Sosoknya yang sarat dengan segudang aktivitas, membuat wanita yang disapa akrab sensei ini harus lebih taat akan protokol kesehatan apalagi sudah banyak kegiatan yang sifatnya tatap muka untuk dilakoninya. Menurutnya, BPJS Kesehatan sangat membantu sekali dalam meringankan biaya pengobatannya, yang tergolong lumayan menguras kantong bila tidak mempunyai layanan JKN-KIS.
“Bulan Februari tahun 2000, saya merasakan kondisi tubuh saya yang tidak biasa di bagian payudara. Rasanya tidak nyaman dan nyeri pada bagian kiri. Saya mencoba tenang dan atas saran keluarga, akhirnya berikhtiar ke suatu tempat penyembuhan secara non medis dengan harapan bisa sembuh. Namun lama kelamaan kok membesar bukannya mengecil,” ceritanya.
Merasa tidak tenang, akhirnya Sensei memeriksakan ke Faskes Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempatnya terdaftar. Dan betapa terkejutnya, manakala diketahui ia menderita tumor jinak. Selanjutnya, atas saran dokter, Sensei dirujuk ke Rumah Sakit Sosodoro Djatikoesoemo untuk mendapatkan penanganan lanjutan yaitu dilaksanakan operasi. Namun sebelumnya, dirinya wajib melakukan cek Laboratorium dahulu, untuk menstabilkan kondisi tubuhnya.
“Setelah proses administrasi berjalan tanpa ada hambatan, petugas Rumah Sakit juga sangat memperhatikan dengan baik, akhirnya dilaksanakanlah operasi untuk penyembuhan tumor jinak saya. Karena sudah rutin dalam membayar iuran JKN-KIS yang tiap bulan sudah langsung di potong melalui gaji maka saya tidak terlalu risau. Yang harus dipastikan adalah kebenaran dan keaktifan data melalui Mobile JKN atau layanan pandawa,” papar Sensei.
Setelah dilakukan operasi, dirinya masih diharuskan untuk kontrol terhadap hasil operasi tumor jinaknya sampai sembuh. Ia sangat bersyukur, di saat ia memerlukan biaya besar untuk penyembuhan penyakitnya, Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) ada untuknya.
“Sekarang di mana pun berada, manfaat JKN-KIS selalu saya ceritakan ke teman-teman sesama guru di SMADA Bojonegoro khususnya. Apalagi pada mereka yang masih baru menjadi capeg (Calon Pegawai). Jangan pada saat sakit saja bingung untuk mendaftar, memperbaiki data, namun saat sudah kena penyakit khususnya yang berbiaya mahal akan menjadi kebingungan. Semua orang mungkin mempunyai cukup uang atau tabungan, namun tidak ada yang tahu apabila sudah datang suatu musibah dan kita tidak siap pembiayaan tanpa adanya Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) tentunya cukup berat,” terang Siti.
Di akhir pertemuannya, Sensei berharap semoga keberadaan JKN-KIS akan lebih membawa manfaat pada masyarakat, memberikan kemudahan dalam pelayanan dan tidak membeda-bedakan peserta dari semua segmen. Ia juga menyampaikan agar keberlangsungan layanan JKN-KIS ini bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkeculi. Ajakan pada mereka yang belum mempunyai kartu JKN-KIS juga kerap ia suarakan, mengingat betapa berharganya mempunyai kartu sakti semacam JKN-KIS. (af/ar/ru)