Dibayangi Hujan, Petani Tembakau Waswas

  • Bagikan
Petani tembakau saat mencangkul lahan. (Foto : Ilustrasi/bangsaonlone).

Reporter : Junaidi

Sumenep-harianjatim.com. Hujan yang terus mengguyur Kabupaten Sumenep, Jawa Timur akhir-akhir ini menyebabkan sejumlah petani wawas. Sejumlah petani saat ini belum memulai melakukan budidaya daum emas itu.

banner 336x280 banner 336x280

“Masih belum, apalagi saat ini masih hujan,” kata Sahawi salah satu petani tembakau di Kecamatan Ganding, Sumenep.

Sesuai kebiasaan, masyarakat mulai menanam tembakau pada April atau paling lambat Mei setiap tahun. Sementara masa tanam hingga panen raya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan lamanya.

Sebab, secara umum musim kemarau terjadi pada April-Oktober, sementara musim hujan sebaliknya, yakni Oktober-April. Namun, akhir ini hujan masih sering mengguyur di sejumlah wilayah pada Mei 2022 ini.

“Biasanya awal April petani mulai menanam tembakau, saat ini masih belum,” jelas dia.

Dikatakan, budidaya tanaman tembakau berbeda dengan budidaya jenis pertanian lain. Selain membutuhkan perawatan yang inten juga membutuhkan biaya yang cukup besar.

Sebab, lanjut dia tanaman tembakau rentan mati apabila sering terkena hujan. Apalagi kata Sahawi hujan turun menjelang panen raya, jika tembakau tidak mati, akan berpengaruh pada kualitas.

“Karena hujan yang terus menerus menyebabkan petani waswas. Khawatir tahun ini kemarau basah. Jika terpaksa tanam tembakau dipastikan merugi,” tegasnya.

Sebelumnya Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalianget, Sumenep Usman Khalid mengatakan, sejak April-Mei Sumenep mulai memasuki musim kemarau.

“Berdasarkan Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2022, bulan April dan Mei wilayah Sumenep sudah memasuki awal musim kemarau,” katanya sebagaimana dilansir dari laman harianjatim.com.

Sementara turunnya hujan akhir-akhir ini disebabkan karena adanya sirkulasi siklonik. ”Sedangkan untuk hujan akhir2 ini salah satunya disebabkan adanya sirkulasi siklonik yang berpotensi menyebabkan terbentuknya belokan maupun pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang mengakibatkan meningkatnya potensi pertumbuhan awan hujan,” jelas dia..

Baca Juga : Masuk Musim Kemarau Tapi Masih Hujan? Begini Penjelasan BMKG

(Jd/Wd)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 336x280
Verified by MonsterInsights