Reporter: harianjatim
Surabaya-hariajatim.com. Saiful Mujani pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengungkapkan untung dan ruginya penerapan sistem proporsional tertutup dan terbuka pada Pemilu 2024.
“Sistem pemilu proporsional tertutup yang dibicarakan Pimpinan KPU memberi kesempatan untuk memperkuat disiplin partai, tapi politik menjadi sangat terpusat pada elite atau ketua partai. Kader atau anggota legislatif lebih bertanggung jawab pada elite partai, kurang pada pemilih,” katanya sebagaimana dilansir dari akun instagram SMRC baru-baru ini.
Sebaliknya kata dia pada sistem proporsional dengan daftar calon terbuka, anggota legislatif cenderung mempertimbangkan aspirasi pemilih dari pada elite partai, dan hubungan legislator dan elite partai lebih dinamis. Terjadi bargain antara keduanya.
Dalam sistem proporsional tertutup, kemenangan calon dari partai yang menang di sebuah dapil ditentukan oleh nomor urut calon dalam daftar calon sebuah partai di dapil tertentu, bukan oleh jumlah suara yg diperoleh calon. Nomor urut itu ditentukan oleh elite atau hanya ketua partai.
Sebaliknya pada sistem proporsional terbuka, kemenangan calon untuk kursi satu partai yang menang di dapil ditentukan oleh berapa banyak suara diperoleh seorang calon hasil dari yang memilih nama calon tersebut. Yang mendapat paling banyak maka dia yang dapat kursi, berapapun nomor urutnya.
Hasil survei SMRC, hanya 12 persen pemilih yang ingin sistem proporsional tertutup dalam pemilu anggota legislatif. Sikap warga ini konsisten dalam dua kali survei (Maret 2022 dan Agustus 2022)
“Dalam survei Agustus 2022 mayoritas warga (70,9%) lebih menginginkan dalam pemilihan umum memilih partai atau calon, dan calon anggota DPR yang mewakili partai tersebut ditentukan oleh pemilih/rakyat secara langsung, bukan oleh pimpinan partai,” katanya menegaskan.
Baca Juga : Tolak Keras Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, AHY: “Memundurkan Kualitas Demokrasi”
Ikuti informasi terkini melalui harianjatim.com.
(jd/red)