Pendahuluan
Gangguan pada kesehatan mental saat ini merupakan hal yang sangat darurat di kalangan remaja. Gangguan kesehatan mental menjadi perhatian yang darurat dikarenakan remaja merupakan sosok yang rentan terkena kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan aspek keseluruhan dalam diri seseorang baik pada segi fisik maupun psikis dalam bentuk upaya untuk mengatasi ketidakmampuan beradaptasi maupun mengambil suatu keputusan (Fakhriyani, 2017: 10). Kesehatan mental menjadi kunci utama dan pegangan bagi setiap orang untuk terus melanjutkan kehidupan. Saat ini ketidakmampuan beradaptasi pada lingkungan seringkali tejadi pada remaja, hingga kesehatan secara psikis seorang remaja seringkali terganggu. Meski kesehatan mental berwujud pada kesehatan fisik maupun psikis, yang seringkali ditemui pada remaja adalah kesehatan psikis yang terganggu.
Gangguan kesehatan mental dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan siapapun bisa terkena gangguan kesehatan pada mental. Kesehatan mental dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor biologis, faktor psikologis dan sosial (Gunatirin, 2018). Faktor biologis sangat erat kaitannya pada keturunan, seperti ayah dan ibu yang memiliki riwayat kesehatan mental tertentu. Faktor ini mungkin tidak dapat kita pungkiri bahwa kesehatan mental kedua orang tua dapat berpengaruh kepada anak. Faktor psikologis dan sosial, kedua hal ini bahkan dapat kita temui di lingkungan mengenai bagaimana lingkungan tersebut memengaruhi dan bertindak kepada seorang individu. Perilaku dan keadaan lingkungan berperan besar dalam membentuk kesehatan mental seseorang. Namun, juga tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan sosial dan lingkungan juga menghancurkan mental seorang individu. Lingkungan tersebut seperti lingkungan pertemanan, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, bahkan lingkungan keluarga. Faktor lingkungan dan sosial memengaruhi secara besar kesehatan mental seseorang.
Gangguan kesehatan mental pada remaja yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan bahkan sudah menemui masa-masa yang kritis. Pasalnya, gangguan kesehatan mental tersebut menjadi tolak ukur kehidupan remaja. Remaja yang terkesan rentan bahkan sampai mampu mengusik kehidupannya sendiri. Tanpa disadari, perbincangan mengenai gangguan kesehatan mental ini bukanlah hal yang tabu di kalangan masyarakat. Namun, sangat disayangkan ketika orang tua tidak memahami secara penuh mengenai gangguan kesehatan mental yang dialami oleh anak. Padahal peran orang tua inilah yang akan memengaruhi proses pembentukan kesehatan mental pada anak. Masa remaja merupakan masa yang rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Bahkan penelitian yang dilakukan University of Queensland di Australia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat menemukan bahwa 1 dari 20 remaja Indonesia (sekitar 5,5%) mengalami gangguan mental yang artinya sekitar 2,45 juta remaja di seluruh Indonesia terdiagnosis mengalami gangguan mental (Erskine dkk, 2021).
Jika mengacu kepada data penelitian yang sudah dilakukan mengenai jumlah remaja yang terdiagnosis mengalami gangguan mental, hal ini seharusnya sudah menjadi perhatian besar. Namun, tidak dapat dipungkiri masih saja ada orang tua yang mengabaikan bahkan tidak tahu menahu mengenai gangguan mental yang dialami oleh anak-anak mereka. Lalu, apakah bisa seorang anak berperan penting dalam menghadapi gangguan mentalnya sendiri?
Pembahasan
Kesehatan mental merupakan hal yang paling kompleks dalam kehidupan seseorang, sehingga dalam perjalanan hidup seseorang kesehatan mental menjadi suatu hal yang harus diperhatikan. Menurut Diananda (2018), fase remaja merupakan fase peralihan dari anak-anak menjadi dewasa dengan rentang usia 10 tahun sampai 21 tahun. Pada fase ini seorang anak akan mengalami berbagai perubahan dari segi fisik, biologis, dan psikis. Pada fase inilah seringkali kita mendengar bahwa fase remaja merupakan proses mencari jati diri. Pada fase ini remaja mulai mencoba hal-hal baru dan memiliki rasa penasaran dalam memasuki sebuah lingkungan. Pada fase inilah yang seringkali menjadi penyebab utama remaja mengalami gangguan kesehatan mental. Lingkungan yang baru dan fase peralihan dari lingkungan anak-anak kepada lingkungan dewasa memberikan perubahan yang sangat signifikan pada individu. Bahkan lingkungan yang baru saja dimasuki oleh seorang remaja, seringkali malah memberikan dampak negatif dari remaja lain yang sebenarnya juga baru memasuki lingkungan tersebut.
Gangguan kesehatan mental memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan seorang ramaja. Gangguan kesehatan mental yang dialami remaja memberikan perasaan tidak nyaman ataupun perasaan putus asa yang bahkan tidak diketahui penyebabnya oleh remaja tersebut yang bahkan dapat membuat remaja bertindak ekstrem seperti bunuh diri (Amelia, 2022). Hal ini bahkan sudah banyak ditemui bahwa gangguan kesehatan mental dapat menyebabkan bunuh diri karena perasaan tidak nyaman yang terus menerus ada dalam diri seorang remaja, namun tidak dapat diketahui penyebab dari perasaan tidak nyaman tersebut. Rasa kebingungan yang ditimbulkan oleh perasaan tersebut inilah yang membuat remaja berfikir mengenai jalan yang ekstrem untuk menghilangkan perasaan tersebut.
Lalu, bagaimana lingkungan remaja berperan aktif mengawasi tindakan ekstrem ini? Dukungan sosial menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi seorang remaja yang terkena gangguan kesehatan mental. Dukungan sosial berarti memberikan peluang besar kepada seorang remaja yang sedang mengalami gangguan kesehatan mental untuk senantiasa tidak merasakan kesepian ataupun rasa putus asa. Remaja yang mendapatkan dukungan sosial atau dukungan keluarga yang lemah lebih berpotensi besar melakukan perilaku bunuh diri (Walsh dan Eggert dalam Pajarsari dan Wilani, 2019). Untuk itu, dukungan sosial dan keluarga sangat diperlukan untuk menunjang kesehatan mental seorang remaja.
Kesehatan mental saat ini mulai menjadi perhatian banyak orang. Namun, sebagian besar lingkungan sosial dan keluarga tidak menyadari mengenai seberapa parahnya kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi ketika seorang remaja mengalami gangguan kesehatan mental. Namun, ketika seorang remaja menyadari keadaan yang terjadi pada dirinya, remaja tersebut dapat melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan dirinya. Salah satunya tetaplah untuk berfikir secara positif dan memikirkan hal-hal yang bahkan sepele tapi dapat membangkitkan semangatmu kembali. Seberat apapun sekarang, tetap bertahan untuk hal-hal kecil, demi secangkir the, demi suara hujan, demi suara tawa orang yang dicinta, semoga kita kuat (Biru, 2022). Membaca kata-kata motivasi bahkan dapat meningkatkan perasaan semangat untuk bertahan hidup itu sendiri.
Penutup
Kesehatan mental berperan penting terhadap kemampuan seseorang untuk bertahan hidup. Pada masa sekarang ini, gangguan kesehatan mental seringkali dialami oleh remaja. Gangguan kesehatan mental itu dapat dialami oleh remaja diakibatkan perubahan fase dari anak-anak ke dewasa. Sehingga lingkungan menjadi pengaruh besar bagi kesehatan mental. Oleh sebab itu, dampak sosial dan keluarga menjadi peran penting untuk dapat mencegah remaja melakukan tindakan-tindakan ekstrem seperti bunuh diri. Ketika remaja menyadari gangguan kesehatan mental yang dialaminya, remaja dapat melakukan hal-hal positif untuk mencegah hal-hal tersebut.
Referensi
Fakhriyani, Diana Vidya. 2017. Kesehatan Mental. Duta Media Publishing.
Gunatirin. 2018. Kesehatan Mental Anak dan Remaja. Universitas Surabaya.
Erskine, dkk. 2021. Measuring the Prevalence of Mental Disorders in Adolescents in Kenya, Indonesia, and Vietnam: Study Protocol for the National Adolescent Mental Health Surveys. Journal of Adolescent Health.
Diananda, Amita. 2018. Psikologi Remaja dan Permasalahnnya. Istighna Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, Volume 1, Nomor 1.
Amelia, Dinda. (2022). Dampak Gangguan Kesehatan Mental Pada Remaja. https://riliv.co/rilivstory/dampak-gangguan-kesehatan-mental/, (Diakses pada 30 Desember 2022).
Pajarsari, & Wilani. 2019. Dukungan Sosial Terhadap Kemunculan Ide Bunuh Diri Pada Remaja. Widya Cakra: Journal Of Psychology and Humanities.
Biru, Langit. 2022. Bersorak Bahagia. Grasindo.
Oleh: Muhammad Wildan Fawwaz Zhilal mahasiswa Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang ingin mengirimkan sebuah karya tulis ilmiah