Antisipasi Risiko, PMI Bentuk Sekolah Siaga Bencana di Kabupaten Buru Selatan

  • Bagikan

Maluku-Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Maluku membentuk Sekolah Siaga Bencana di wilayah sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Buru Selatan. Program ini merupakan bagian dari Communities Ready to Act (CoRTA), yang didukung oleh PMI Pusat dan American Red Cross (AmCross). Fokus utama program ini adalah membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana di wilayah tersebut.

banner 336x280 banner 336x280

Program ini dilaksanakan di delapan sekolah yang tersebar di Kabupaten Buru Selatan, yaitu SDN 01 Leksula Desa Leksula, SDN 02 Leksula Desa Waenama, SDN 03 Leksula Desa Nalbesy, SDN 05 Leksula Desa Neath, SDN 06 Leksula Desa Liang, SDN 06 Waesama Desa Simi, SDN 10 Namrole Desa Namrinat, dan SD Inpres 23 Namrole Desa Waefusi. Pemilihan sekolah-sekolah tersebut didasarkan pada kajian risiko dan tingkat kerentanan bencana yang ada di Kabupaten Buru Selatan.

Sebagai langkah nyata dalam membentuk Sekolah Siaga Bencana, PMI menginisiasi berbagai kegiatan, antara lain pembentukan Tim Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di sekolah, kajian risiko di tingkat sekolah, pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi warga sekolah, pemasangan rambu evakuasi, serta instalasi Early Warning System (EWS) di delapan sekolah.

Koordinator Lapangan PMI Provinsi Maluku, Liberth Salakory, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sekolah dalam menghadapi ancaman bencana. Dengan adanya pelatihan dan infrastruktur pendukung, warga sekolah dapat lebih siap dalam mengantisipasi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Sementara itu, Nardionde, perwakilan SDN 03 Leksula, menyampaikan bahwa daerah Leksula merupakan wilayah yang dekat dengan DAS dan rawan banjir. Sebelum adanya program ini, jika terjadi bencana, siswa langsung dipulangkan tanpa prosedur yang jelas. Namun, setelah adanya pendampingan dari PMI, sekolah kini memiliki Tim PRB, SOP penanganan bencana, serta pelatihan kesiapsiagaan bagi siswa dan guru.

“Harapan saya, setelah terbentuknya Tim PRB di sekolah, warga sekolah dapat lebih siap menghadapi bencana dan berperan aktif dalam upaya mitigasi. Selain itu, saya berharap PMI dapat mengeluarkan imbauan atau larangan bagi masyarakat sekitar agar tidak mengambil pasir atau batu di sungai, karena hal tersebut dapat menyebabkan abrasi dan meningkatkan risiko bencana,” ujarnya.

Dengan terbentuknya Sekolah Siaga Bencana, diharapkan masyarakat sekolah tidak hanya mampu merespons bencana dengan cepat, tetapi juga dapat mengedukasi lingkungan sekitar dalam upaya pengurangan risiko bencana.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 336x280
Verified by MonsterInsights