Oleh Gembala Dr. Ambirek/t G. Socratez Yoman
Contoh nyata, ini tikus besar atau tikus kecil ada di Dinas Parawisata Provinsi Papua. Saya heran, dimata saya terjadi kebohongan dan penipuan. Ini luar biasa.
Ini salah satu pejabat yang tidak layak menduduki jabatan penting sebagai pengambil kebijakan (policy maker) atau pengambilan keputusan (decision maker) karena dia hadir seperti parasit atau benalu yang merugikan kehidupan rakyat dan bangsa Papua Barat.
Ada kegiatan empat bangunan wisata rohani di halaman Kantor Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua (PGBWP) di Ita Wakhu Purom, Port Nunbai, Tabi, Papua.
Empat bangunan ini dilengkapi dengan toilet. Saya berterima kasih atas bangunan ini yang memenuhi kebutuhan kami di pusat kegiatan rohani.
Penipuan atau kebohongan itu saya saksikan, pada saat itu ada tiga atau empat orang datang membawa pipa bor air. Mereka pasang bor air dan bor tanah dekat bangunan dan mereka ambil air dari luar dan air itu disiram ke lubang tanah yang dibor dan air ditarik sebentar dan di foto.
Setelah difoto air yang ditarik itu dan alat-alat bor air dirapikan, diikat dan di naikkan ke mobil blakos dan mereka pergi. Saya melihat mereka pergi dengan kebohongan dan penipuan di siang bolong dari Kantor Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua (PGBWP) di Ita Wakhu Purom, Port Nunbai, Tabi, Papua.
Saya tidak megeneralisasi atau samaratakan dengan para pejabat yang lain di provinsi Papua, tapi saya harap tidak ada pejabat seperti tikus kecil atau tikus besar yang berjalan telanjang di siang bolong ini.
Saya mengharapkan Gubernur dan Wakil Gubernur MDF-ALFARO harus membersihkan “tikus besar atau tikus kecil” yang merugikan pembangunan di provinsi Papua.
Sudah 62 tahun, di depan mata para “tikus berdasi” masuk keluar di kantor Gubernur Papua, ada masyarakat nelayan yang berjuang sendirian tanpa sentuhan untuk memberikan kehidupan keluarga secara ekonomi.
MDF-ALFARO atau MARI-YO luar biasa karena dalam kampanye mereka memberikan bantuan Rompon (Rumah Ikan) 9 unit dengan harga 1 unit Rp 50.000.000 (lima puluh juta). 7 unit Rompon untuk masyarakat Nelayan di Dok 9 dan sekitar dan Hamadi dan sekitarnya. MARI-YO juga membantu 3 unit Rompon dan 2 unit Speadboat untuk masyarakat Kepulauan Yapen.
Langkah MDF-ALFARO ini sangat fundamental untuk membangunkan kehidupan masyarakat kecil, maka ada harapan kehidupan untuk masyarakat nelayan.
Barometer kemajuan dan pembangunan sebuah masyarakat dan bangsa dilihat dari membaiknya kehidupan ekonomi, kesehatan dan pendidikan masyarakat kecil atau masyarakat akar rumput (grassroot).
MDF-ALFARO hadirlah di tengah-tengah rakyat kecil seperti sudah kamu berdua merintis seperti MATA ELANG telah melihat perkara-perkara kecil yang digumuli rakyat kecil yang terabaikan.
Biarkanlah mereka tersenyum kecil yang tulus terungkap dari dasar hati mereka untuk kamu berdua. Layanilah mereka dengan jujur, benar, kasih dan rendah hati. Anda berdua adalah pelayan dan hamba rakyat kecil. Kamu berdua adalah gembala bagi rakyat yang membutuhkan sapaan dan sentuhan jujur dan ikhlas. Membangunlah dengan kasih, pengampunan dan kerendahan hati sebagai kekuatan yang berasal dari Allah, Tuhan Yesus Kristus.
Anda berdua sudah mulai memberikan harapan kehidupan nyata kepada rakyat kecil pada saat kampanye untuk menuju ke Puncak dok 2 Jayapura.
Saya harap, semua tikus-tikus besar dan kecil itu diperiksa dan diistirahatkan sesuai perbuatan mereka.
Adik MDF dan ALFARO berdirilah dalam tiga nubuatan Dominee Izaac Samuel Kijne untuk seluruh Penduduk Orang Asli Papua Barat. Saya kutip sebagai berikut:
Pertama, Di atas batu ini, saya meletakkan Peradaban Orang Papua. Sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini, bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri (Wasior, 25 Oktober 1925).
Kedua, Barang siapa yang bekerja di tanah ini dengan setia, jujur, dan dengar-dengaran, maka ia akan berjalan dari tanda heran yang satu ke tanda heran yang lain. (Pdt. Izaac Samuel Kijne, 1947)
Ketiga, Saya pulang dengan keyakinan bahwa Tanah dan bangsa Papua akan dikuasai oleh mereka yang mempunyai kepentingan politik atas segala kekayaan atas hasil dari Tanah itu. Tetapi mereka tidak akan membangun manusia Papua dengan kasih sayang. Sebab kebenaran dan keadilan akan diputarbalikan serta banyak hal yang baru akan membuat orang Papua menyesal. Tetapi itu bukan maksud Tuhan, karena itu keinginan manusia. (Pdt. Izaac Samuel Kijne, 1947)
*Penulis adalah Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua (PGBWP); Anggota Dewan Gereja Papua (WPCC); Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC); dan Anggota Baptist World Alliance (BWA).