Berbahasa Santun, Sebagai Penuntun!

  • Bagikan
Foto : Ilustrasi/Ist

Marak kita jumpai generasi milenial jarang sekali menggunakan bahasa yang santun apalagi saat berkomunikasi. Khususnya berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Mereka, alias generasi milenial malah lebih memilih menggunakan bahasa gaul atau yang sering disebut dengan istilah slang. Di media sosial misalnya, penggunaan bahasa santun yang kian memudar sangat bertolak belakang dengan penggunaan slang. Sebagai contoh, kolom komentar yang tertera di situs media sosial dapat diisi oleh semua orang. Biasanya dikomentari oleh penduduk internet atau yang tak asing ditelinga kita mereka disapa dengan sebutan netizen. Netizen sangat bebas berkomentar, bahkan mereka seakan tidak peduli dengan perasaan orang lain yang mungkin dapat mereka sakiti dengan perkataan mereka yang tidak santun. Media sosial menjadi sarana utama penyampaian keluh kesah masyarakat. Contohnya remaja milenial di lingkungan kepanjen yang banyak menuliskan cuitan beragam. Tetapi sangat disayangkan, terkadang cuitan mereka sangatlah tidak santun.

Baca Juga : Apakah Lontaran Kalimat Perintah Termasuk Ketidaksantunan Berbahasa?

banner 336x280 banner 336x280

Tak lain dan tak bukan, memudarnya kesantunan berbahasa juga dinaungi beberapa faktor. Ada salah satu faktor yang sangat lekat dengan diri setiap insan manusia. Yaitu faktor waktu, yang menimbulkan perkembangan iptek secara pesat. Sehingga kita dituntut untuk mengimbangi perkembangan tersebut dan tidak menutup kemungkinan untuk kita lupa akan kaidah kesantunan berbahasa yang sudah menjadi dasar budaya bangsa. Adapun faktor tempat yang menjadi salah satu timbulnya perangai buruk manusia akan pudarnya kesantunan berbahasa. Perbedaan letak geografis juga mengakibatkan perbedaan nada berbicara seseorang. Orang Indonesia bagian barat dan orang Indonesia bagian timur misalnya. Logat atau dialek yang mereka ucapkan sangat berbeda dan bertolak belakang. Orang-orang yang bekerja di kantor juga memiliki kesantunan berbahasa yang berbeda dengan orang-orang yang ada di pasar. Namun faktor lain yang tak kalah penting adalah faktor pudarnya kesantunan diri yang telah menjadi identitas diri dalam ranah melestarikan budaya bangsa. Orang Indonesia dikenal penduduk luar sangat santun dan ramah. Namun sekarang, diiringi dengan perkembangan iptek yang sangat pesat, memudar pula identitas diri orang Indonesia yang dikenal ramah dan santun.

Baca Juga : Kesantunan dalam Bersosial Media

Cara kita mengatasi dan mencegah pudarnya kesantunan berawal dari diri kita sendiri. Kita harus mampu membentengi diri dari kemajuan iptek yang pesat. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita sebagai manusia pasti juga akan berevolusi. Dan kita harus menyelaraskan diri dengan perkembangan zaman. Namun, tetap dengan menjunjung tinggi kaidah kesantunan berbahasa. Cara mencegah pudarnya kesantunan berbahasa juga dapat dilakukan melalui beberapa sektor. Sektor lembaga pendidikan sangat berperan penting untuk menjadi sarana penyampaian pentingnya berbahasa santun pada remaja. Sekolah menengah atas (SMA) menjadi sarana pembelajaran. Tak hanya pembelajaran akademis, namun juga pembelajaran karakter yang termasuk didalamnya kesantunan berbahasa. Remaja dididik berkarakter santun. Adanya Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah menambah pergerakan untuk memperkokoh kesantunan berbahasa. Secara tidak langsung, kita sebagai generasi milenial diajarkan bagaimana cara berinteraksi dengan orang yang lebih tua, orang sebaya, dan bahkan orang yang lebih muda. Karena ketika kita berinteraksi ekspresi wajah, gestur atau bahasa tubuh sangat mencerminkan karakter diri kita yang nantinya akan menyampaikan kesantunan berbahasa.

Baca Juga : Kesantunan Berbahasa dalam Tali Relasi

Sudah semestinya, kita sebagai generasi milenial harus berinovasi untuk tetap melestarikan kesantunan berbahasa sebagai budaya bangsa. Dengan cara membuat gebrakan baru. Gebrakan baru itupun muncul atas dasar perubahan diri seseorang yang terjadi akibat perkembangan iptek yang pesat. Hal tersebut menjadikan kita harus menemukan solusi untuk sebuah permasalahan yang berbasis digital. Salah satu contohnya adalah memudarnya kesantunan berbahasa akibat dari perkembangan iptek. Banyak kita jumpai remaja milenial yang kurang santun dalam bermedia sosial. Sebenarnya hal tersebut sudah seringkali dicegah, namun pencegahan hanya dilakukan semata-mata untuk memberitahukan tanpa adanya inisiatif serta sarana untuk mengimplementasikan kesantunan berbahasa. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, pertemuan tatap muka dengan orang lain sangatlah terbatas sehingga mengharuskan kita untuk bersosialisasi secara online. Segala aktivitas harus dilakukan secara daring dari rumah. Seminar yang diadakan di sekolah misalnya, banyak sekali siswa yang tidak santun, hal tersebut tercermin dari perilakunya ketika ada seorang pemateri tengah menyampaikan sebuah materi. Banyak komentar-komentar yang tidak pantas ditinggalkan di kolom komentar. Hal tersebut harus diatasi dengan inovasi baru yang menyediakan cyber bahasa atau polisi bahasa pada sekolah tertentu. Sehingga remaja milenial yang meninggalkan komentar negatif dapat diberi efek jera. Dan menjadikan mereka enggan untuk mengulangi perbuatannya.

Baca Juga : Urgensi Kesantunan Berbahasa di Dunia Maya

Ditulis oleh : Dhyas Jasmine | Siswi Kelas 11 / XII IBB

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 336x280
Verified by MonsterInsights
Travel surabaya semarang : tips & cara mudah perjalanan anda.