Reporter : harianjatim
Surabaya-harianjatim.com. Tindakan premanisme di lingkungan perguruan tinggi di Provinsi Jawa Timur masih terjadi. Sejumlah kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dikabarkan menjadi korban pengeroyokan.
Peristiwa tersebut terjadi di lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya, Kamis, (1/9/2022).
Tindakan amoral tersebut diduga dilakukan oleh oknum yang mengaku sebagai Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Hal itu dipicu karena kader HMI mengebarkan bendera kebesaran di lingkungan Kampus.
“Kami berdua mengibarkan bendera HMI, disitu ada beberapa teman kami antara lain saudara Maulana, Danil, Maulido,” kata HM selaku salah satu yang menjadi korban tindakan premanisme itu.
Selang beberapa saat kemudian, Kader Lafran Panie itu didatangi salah seorang panitia Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Panitia itu datang bersama sekitar 20 orang. Saat itu mereka menanyakan izin pengebaran bendera itu, hingga kedua belah pihak terjadi adu argumen.
“Setelah beradu argumen akhirnya ia pergi, tak lama kembali datang kurang lebih 20 orang berpakaian hitam yang diduga panitia PBAK,” tambahnya, sebagaimana dilansir dari laman jurnalis indonesia.
“Saat ditanya mana suratnya, saya menjawab surat izinnya seperti apa dan bagaimana teknis perizinanya?, dijawab ya tanya ke senat, saya akui saya PMII” ujar HM.
Setelah perdebatan itu mereka datang dengan membawa rombongan dengan salah satu pelaku lain yang dibonceng sepeda motor, setelah turun mereka berteriak menghadap salah satu korban lain bernama Agung.
“Tak berselang lama datang salah seorang dengan dibonceng pelaku sebelumnya dengan menaiki motor. Mereka turun, lalu teriak teriak dan menghadap Agung sehingga terjadi adu argumen,” lanjut HM.
Setelah adu argumen tersebut seseorang yang dibonceng tadi melakukan pemukulan terhadap Agung dan beberapa korban lain dan rombongan lainya ikut melakukan Pengeroyokan.
“Setelah itu orang yang dibonceng tersebut melakukan pemukulan terhadap Agung, dan teman-teman, rombongan lainya ikut memukuli (mengeroyok) Agung, Maulana, dan Saya,” tambahnya.
Kejadian tersebut dilihat oleh Security dan Menwa (Resimen Mahasiwa), kemudian melerai peristiwa tersebut.
“Setelah itu datang lah Security dan Menwa untuk melerai pengeroyokan tersebut,” jelas HM.
Setelah perdebatan itu mereka datang dengan membawa rombongan dengan salah satu pelaku lain yang dibonceng sepeda motor, setelah turun mereka berteriak menghadap salah satu korban lain bernama Agung.
“Tak berselang lama datang salah seorang dengan dibonceng pelaku sebelumnya dengan menaiki motor. Mereka turun, lalu teriak teriak dan menghadap Agung sehingga terjadi adu argumen,” lanjut HM.
Setelah adu argumen tersebut seseorang yang dibonceng tadi melakukan pemukulan terhadap Agung dan beberapa korban lain dan rombongan lainya ikut melakukan Pengeroyokan.
“Setelah itu orang yang dibonceng tersebut melakukan pemukulan terhadap Agung, dan teman-teman, rombongan lainya ikut memukuli (mengeroyok) Agung, Maulana, dan Saya,” tambahnya.
Kejadian tersebut dilihat oleh Security dan Menwa (Resimen Mahasiwa), kemudian melerai peristiwa tersebut.
“Setelah itu datang lah Security dan Menwa untuk melerai pengeroyokan tersebut,” jelas HM.
Akibat dari pengeroyokan ini salah satu korban Maulana mengalami luka bocor pada kepala bagian belakang, dan 2 luka tusukan di bagian punggung.
Untuk korban yang bernama HM mengalami luka memar di bagian belakang telingga, sedangkan Agung pinsan di tempat kejadian perkara.
Setelah peristiwa tersebut, para korban lantas menuju Polsek Wonocolo untuk membuat pelaporan kejadian penganiyaan yang dilakukan oknum panitia PBAK Uinsa.
“Kami pun melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Wonocolo, karena teman kami mengalami luka bocor dikepala,” imbuhnya.
Setelah pelaporan para korban langsung menuju RSI Jemursari untuk melakukan visum forensik.
“Dan setelah itu kami pun melakukan visum forensik di RSI Jemursari,” kata HM.
Kejadian penganiayaan tersebut dilaporkan ke Polsek Wonocolo, Surabaya. Saat ini kasus tersebut dalam proses oleh penyidik.