Kisah Pengrajin Batik Beddey Berhasil Bangkit dari Keterpurukan Berkat Program Bupati Fauzi

  • Bagikan
Salah satu pengrajin batik Beddey di Desa Palandangan Barat, Kecamatan Bluto, Sumenep saat memproduksi batik untuk memenuhi pesanan. (foto: harianjatim.com)

Reporter: harianjatim

Sumenep-harianjatim.com. Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur terus melakukan trobosan untuk membangkitkan perekonomian masyarakat. Salah satunya melalui pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

banner 336x280 banner 336x280

Trobosan yang dicanangkan oleh Bupati Sumenep Achmad Fauzi itu cukup dirasakan oleh puluhan pembatik Beddey di Desa Pakandangan Barat, Kecamatan Bluto Sunenep. Kini mereka bisa memproduksi kembali setelah sebelumnya sekitar 6 tahun berhenti produksi karena minimnya modal usaha dan kurangnya perhatian dari pemerintah setempat.

Bahkan sebagian pengrajin batik Beddey terpaksa menjadi tenaka kerja Indonesia (TKI) di Malaysia demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Melihat kondisi tersebut, Bupati Sumenep Achmad Fauzi dan mengandeng Owner Batik Canteng Koneng Didik Haryanto membuat trobosan baru. Sehingga mereka saat ini sudah bisa produksi kembali, bahkan taraf perekonomian mereka tetus semakin meningkat. Sehingga pengrajin tidak lagi berkeinginan menkadi TKI.

“Alhamdulilla kami sudah bisa produksi kembali, yakni berkat bantuan Bapak Bupati dan Pak Didik,” kata salah satu pengrajin batik Baddey, Siti Aini, Selasa,

“Terimakasih bapak Bupati dan Pak Didik yang telah membantu kami. Alhamdulillah omset kami terus membaik,” ucap dia.

Sebelum diberikan bimbingan kata Aini, dirinya bersama sebagain pembatik yang lain sudah bersepakat akan kembali menjadi TKI di Malaysia.

“Seandainya kami tidan membatuk lagi, mungkin saya sudah berangkat ke Malaysia. Ini satu-satunya sumber kehidupan kami, jika sampai berhenti lagi terpaksa harus merantau,” keluh dia.

Oleh sebab itu kata dia, pengrajin batik Beddey mengaku bersyukur telah dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep. Sehingga bisa melanjutkan pekerjaa warisan leluhur yang sudah lama ditinggalkan, kini sudah bisa dikembangkan lagi.

“Kami harap pemerintah juga terus mensupport kami dalam bentuk apapun, semisal pemasaran dan lainnya. Karena ini merupakan sumber penghasilan kami,” jelas dia.

“Sekali lagi kami sangat brterimakasih pada Pak Bupati dan Pak Didik,” jelas mantan TKI itu.

Salah satu pengrajin batik Beddey di Desa Palandangan Barat, Kecamatan Bluto, Sumenep saat memproduksi batik untuk memenuhi pesanan. (foto: harianjatim.com)

Baca Juga : Komisi III Temukan Kejanggalan dalam Pembangunan Pengemasan Produk UMKM di Sumenep

Ikuti informasi terkini melalui harianjatim.com.

(jd/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 336x280
Verified by MonsterInsights
8171 ehsaas program. Nu vindt u een betrouwbare bron voor het vinden van professionele schoorsteenvegers bij u in de regio.