Ajaran-ajaran Kesetiaan

  • Bagikan

Oleh Zaehol Fatah (Kaum S3tv)

Sosok KHR. Ach. Fawaid As’ad terkenal sebagai Kiai istiqomah membaca Al Quran dalam situasi padat sekalipun, pribadi tegas, memiliki lautan kasih sayang kepada santrinya.

Nilai yang nampak terpancar dalam diri KHR. Ach. Fawaid As’ad juga tentang kesabaran. Dimana dalam memimpin pesantren banyak badai cobaan, ribuan angin rintangan dan percikan fitnah. Apalagi beliau memperjuangkan Islam dan Pesantren dalam kancah politik yang penuh dengan intrik serta keculasan. Namun, semua itu dihadapi dengan senyuman yang tetap membaca kitab suci yaitu Al Quran.

Ditambah juga dengan karakter Sang Kiai yang terkenal jujur dan bersih, tidak mengambil manfaat dari jalur politik, bahkan justru berkorban biaya dan tenaga untuk membersamai umat dalam jalan suci tanpa kedustaan dan penghianatan. Menolak politik suap dan tak mau dengan kebusukan kesuksesan lewat jalan menghalalkan segala cara. Gagal berwibawa, berhasil tetap terhormat dan bermartabat.

Baca Juga :  Mahasiswa UIN Semarang Belajar Bahasa Asing di Pesantren Nurul Jadid Paiton

Di sisi lain, Pengasuh ke-3 Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo ini memiliki cita rasa seni yang luar biasa. Darah seni ini bangkit dan menggelora saat Gambus Revolusioner Al Badar didirikan sebagai sarana perjuangan.

“Satu hati, satu rasa, satu santri.. salafiyah.. syafi’iyah”
“Aku cinta, kamu cinta, semua cinta Salafiyah”

“Deritamu deritaku, gembiramu gembiraku. Tangismu juga tangisku, tawamu juga tawaku”

“Walau kita jauh di seberang gunung, walau kita jauh di seberang pulau, walau kita jauh di seberang laut kita adalah satu”
“Walau kita beda dalam bahasa, walau kita beda dalam budaya, walau kita beda asal daerah kita adalah satu…  Salafiyah… Syafi’iyah”

Baca Juga :  Kagum Santri Fasih Berbahasa Mandarin, Yayasan Hakka Malang Kunjungi Pesantren Nurul Jadid Paiton

Rekam lirik lagu Gambus Revolusioner Al Badar di atas dengan judul Salafiyah merupakan gambaran terang benderang, pesan jiwa raga dari KHR. Ach. Fawaid As’ad kepada seluruh santri dan alumni. Inilah bentuk pengakuan perbedaan dan juga sekaligus sebagai ajaran-ajaran kesetiaan (al Wafa) sebagai sesama santri yang berada dimanapun dan dalam situasi apapun. Mengikat erat dalam satu frekuensi sambungan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo yang harus teruji oleh ruang dan waktu untuk selalu satu Salafiyah Syafi’iyah. Berbeda boleh, tapi tetap wajib menjaga dan memelihara keutuhan satu Salafiyah Syafi’iyah.

Yang paling terukir NDawuh KHR. Ach. Fawaid As’ad itu, “Loyalitas yang sesungguhnya akan diuji ketika perjuangan harus bertentangan dengan keinginan hati.”(NU Online, 16 Juni 2018).

Baca Juga :  Mahasiswa UIN Semarang Belajar Bahasa Asing di Pesantren Nurul Jadid Paiton

Petikan amanat ini menggaris deras dalam relung jiwa untuk senantiasa memiliki kesetiaan dengan loyalitas perjuangan, kesetiaan kepada pesantren dan kesetiaan kepada satu komando dari pemimpin (kholifah) pesantren yaitu KHR. Ach. Fawaid As’ad, sekaligus generasi kepengasuhan yang melanjutkannya.

Kesetiaan bukan hanya ucapan, bukan pula tulisan-tulisan saja, namun kesetiaan harus dibuktikan dengan ketakdiman lahir batin dalam situasi ujian apapun. Kesetiaan harga mati untuk menemukan jati diri sebagai santri, karena  status santri itu tidak akan pernah menjadi bekas, santri itu selamanya,  kekal. Dalam karakter pamungkas ketakdiman hanya mengenal dua puncak : siap laksanakan dan amankan. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 336x280